ma...ada angin melintasi sela bakau
pulang menjemput rindu tak terperi pada kemilaunya pasir
tempat rembulan bugil memadu janji untuk samudera
sebelum tiba waktu merenggut kasih
kusempatkan menyapa angin
walau ronaku tersipu
lalu
kubisikkan padanya :"pulanglah pada samudera,"
"sebab, di sanalah rindu menunggu."
bukan pada kemilau pasir
juga bukan pada sela bakau
yang hampir punah
tuk tempat kau berdiam
angin mengangguk: "tak kutau maklum apa."
dan berpaling
........lalu
ketika angin tinggalkan selasar kemilau pasir
masih tersisa jejak-jejak rendah di pucuk bakau
sembari disempatkannya juga menatapku sendu
seakan ingin lebih lama
bercanda pada kepak air yang menghempaskan diri
di bibir pantai
........kuhiraukan tatapan itu dengan lambaian tangan
ia tersenyum, tatkala sayap-sayapnya mengelus awan
lalu terbang rendah merenda samudera
kembali ke rumahnya berdiam
ada suatu ketika
ke rumahnya aku berdiam
awan sedang berdendang lenggang di pusar segara
ingin mengungkap rindu yang mendendam pada angin
nan acapkali menyirat firasat
seperti ada sebuah pertanda pada sang kala
yang tak pernah engkau mengerti
ma... aku kadang tak paham
mengapa angin tak lagi menyapa?
hingga
kutau tak begitu berhasrat pada awan
yang menyimpan diri dalam rahimnya selama ini
adakah bianglala tak lagi merona
pada jentera samudera?
begitukah.......
by :zulkarnain siregar
30 Januari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar