Sabtu, 19 Juni 2010

selepas menghirup kopi

sebaris headline sebuah warta
yang aku baca tanpa jeda
tentang sebuah kota
mencari calon-calon
dari berbagai muka

lalu ada tanya
untuk ..siapa ?

mengapa serta merta jadi begitu mahir
untuk membuka-buka muka
padahal cerita baru sekedar selepas
menghirup kopi, terasa lara

mengapa semua lalu jadi begitu lancar
mengukur rupa muka-muka
padahal kerja masih setengah terpaksa
karena ada hendak diduga

mengapa suka mencari siapa
tanpa memikir berbuat apa
lalu menjadi bagaimana

sebab baru sekedar cerita
selepas menghirup kopi, terasa lara

Namun..
sejenak aku tercegat pada serangkai tanya
yang bergulir selepas menghirup kopi
tempat warga biasa-biasa :
entah itu duka
atau lara


by: zulkarnain siregar

19 Juni 2010

Saatnya

aku mencari sebuah kota

di peta peradaban dalam belantara

avenue urban yang telah hilang ditelan rakus

para pendulang rente dari halte

halte kampoeng yang tiada lagi

bercorak "Medan Tempo DoeLoe"


..........................
..............................................
''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''"""""""""""
lalu mengapa

kacang lupa pada kulitnya ?



by :zulkarnain siregar




Mengapa dulu itu ...(?) ...aku

entah apa yang ada di balik waktu
ketika rindu menyaru jadi batu
lalu jejakkan ragu
pada sekujur laku
tiada merayu

entah apa yang ada di balik waktu
ketika sendu selimutkan kalbu
lalu pergi mencari tahu
pada semua risalah-Mu
dulu aku kaku

entah apa yang ada di balik waktu
ketika nalar menjadi rancu
pada tirakat tuk nan satu
selalu tak bermutu
lalu jadi pilu


mengapa dulu itu ...(?)

...aku
...tak lalu
...mencari tahu
...tentang-Mu


by:zulkarnain siregar
15hb Juni 2010. renungan lalu

Senin, 14 Juni 2010

ke mana makna?

Kulihat kata-kata tergeletak
di gang samping rumah itu.
Dia sudah tak bernyawa lagi.
Lalu, bau anyir menyengat bahu
yang mengering oleh terik aspal
para pelintas malam yang bebal
dan berwajah hitam tak bersendal

kemudian esoknya, banyak angka
yang bernanah tak lagi berdarah
ditikam oleh syahwat para budak
durjana ketika mengaliri selokan
depan rumah belum berjendela
kaca itu tanpa ada merasa tercela

Lalu, arwah kata bangkit penasaran
menjadi drakula, juga simbol kekuasaan
yang memeras makna hingga kering
kerontang dalam bandul sejarah para
pewarta yang suka mengalih-alih berita

kata pun tak ingin menyapa lama karena
ada yang lebih menarik di dunia maya, tuk
pengganti cerita para punggawa yang
tak suka dibuka-buka semua cela angka
dalam babad tanah pendurhaka manusia


sebab, ke mana makna para pewarta
yang dulu mampu "meruntuh" kuasa
dari singgasana kata yang memperdaya
sungguh tak kusanggah : kita tercela



by: zulkarnain siregar
pkl.22.08 saturday night 12 Juni 2010

Rabu, 02 Juni 2010

Merindu Rumpun Menjadi Rimbun

Menyusuri jejak di belantara, waktu mencari umbu

dalam benih lalu yang sedari dulu tak jua jemu-jemu

dari sepanjang pinggiran batang, di bambu-bambu

di suku hulu, dimana melayu ku itu ketika ada hindu?


di pinggiran alur batang natal, ada sakai yang ke kubu

hidup berbiak dalam logat melayu tua, lalu diam di suku

hulu yang berjejal di sepanjang waktu dengan berburu

mencari batu tuk diadu agar hasilkan api berdiang kaku


lalu, menjalin bambu-bambu itu menjadi bubu tuk berburu

di labuhan ajung. tak jua temu, kemana rumbia-rumbia lalu

menjalar hingga ke hulu tinggalkan melayu, merantau malu

karena sumatera dahulu adalah melayu yang meramu Aru


begitu jemu ketika aru dimakan waktu melayupun berlalu

tinggalkan zaman batu tempat merumpun rimbun bambu

mengapa malu jikalau melulu kita tak selalu mau bersatu

dalam tungku-tungku para datu yang terbuat dari batu


kemana melayu ku itu ketika ada hindu ? tak sempat lalu

di pematang janji dengan genderang kalbu yang bertalu

merindu rumpun menjadi rimbun, lalu melayu serumpun

mau melagak nak memecah ragu yang selalu mengganggu


lalu merindu aku pada rumpun menjadi rimbun, melayu ku

itu ada di suku-suku dalam, labuh di samang,hulu dan kubu

yang pintar bercocok tanam, merajut jala dan mengukir batu

di tengah-tengah megalitikum baru yang di poles dengan pilu



kemana harus merindu rumpun menjadi rimbun melayuku itu?



By:Zulkarnain Siregar
dari catatan sumatera timur
serumpun menjadi rimbun
dua juni 2010

Merindu Rumpun Menjadi Rimbun

Menyusuri jejak di belantara waktu mencari ibu

dalam benih lalu yang sedari dulu tak jemu-jemu

dari sepanjang pinggiran batang, bambu-bambu

di suku hulu, dimana melayu ku itu ketika ada hindu?


di pinggiran alur batang natal, ada sakai yang kubu

hidup berbiak dalam logat melayu tua, lalu diam di suku

hulu yang berjejal di sepanjang waktu dengan berburu

mencari batu tuk diadu agar hasilkan api berdiang bubu


lalu, menjalin bambu-bambu menjadi bubu tuk berburu

di labuhan ajung.tak jua temu kemana rumbia-rumbia lalu

menjalar hingga ke hulu tinggalkan melayu merantau malu

karena sumatera dahulu adalah melayu yang meramu aru


begitu jemu ketika aru dimakan waktu melayupun berlalu

tinggalkan zaman batu tempat merumpun rimbun bambu


kemana melayu ku itu ketika ada hindu?

merindu rumpun menjadi rimbun




By:Zulkarnain Siregar
dari catatan sumatera timur
serumpun menjadi rimbun
dua juni 2010