mencari jejak embun
tatkala fajar mengintip dicelah rimbun dedaunan
tak terlihat ada kumbang menyari bunga
menghangat diri
kabut masih bergelayut
di jalan setapak nun di pusaran bukit
sepertinya ada gelora janji
yang duka terucap
dari sisi mimpi di keheningan malam tadi
adakah jemari tertusuk suka
yang pernah kau selipkan pada lipatan asa
dalam lipatan asa kau toreh simfoni
di antara belaian bentara pinus
berbisik di selasar deraian embun
yang tak juga berjejak
ada kerisauan dedaunan
mengapa embun tak jua menetes
seperti memakna pagi sedia janji
kusempatkan melongok sesosok embun lalu
sembari mengulum senyum dingin
semburat warna tak bertepi
cerna pualam verba nan anggun
melantun raga indah gemulai
pada jemari-jemari lentik
disaksi kerling pinus yang bergegas menjulai
ada id yang mengias pesona
pada biduk yang membawa kantata
bila jua embun menyapa?
pagi esok kutunggu sosokmu hadir
pada dedaunan yang telah kuhela
bersama hijaunya rerumputan di taman sari
walau sang fajar enggan bergelut
pada reranting pinus yang menua
aku tak lantas mengiba
sebab betapa hasrat ini janji
sempat meluka tanpa perih
lalu adakah engkau mahfum?
apa yang kukehendaki
dari jejak bijakmu
beningmu embun
setelah berjejak dalam bahu dedaunan
beningmu embun berkilau teduh
disentuh fajar
lincah kicau dahan menyapa
pupus ringkuh dalam diamnya aras
terselip rentak dan senandung
mengalun lembut berayun kurun
ceria pagi tampak tak khianati janji
yang masih tersisa dalam indahnya rindu
by:zulkarnain siregar
medio november 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar