Senin, 29 Maret 2010

Gie ....?

gie..masihkah kau lakoni ?//seperti ilalang kering di padang tandus//memicu api dalam asa yang tak bertepi // membakar hasrat yang tersimpan// di putik kembang tatkala menguntum di pagi tadi // walau pernah angkara berjanji bukan pada sekuntum melati/ /tapi pada culasnya hari sesaji di meja makan//mungkin itu tipuan diri... carut-marut tak bernyali // yang dipestakan pada malam gulita //tak berbulan, berbintang// hingga dini

pergilah ke semesta raya // tinggalkan semua duka yang membelengu diri// hanya karena ukuran dan ukiran semu// tahlilkan dirinya agar cepat sembuh dari nestapa kegersangan hati//percayalah kebesaran datang bukan dari para pemenang yang sesungguhnya pecundang// tapi orang-orang yang terkalahkan adalah jiwa yang menguatkan pemberontakan untuk pecundang sejati

ruas-ruas tiris hujan menggantung di selasar mega// walau kabut telah beranjak lalu sebelum bianglala semburat nyala// sempat kupesan hasrat itu pada perumpamaan yang hampir lusuh di kitab kita berdua// sepertinya ada asa yang belum kau tuliskan semestinya ketika itu.. andaikan asa itu merenda cita dalam kata dan karsa// mungkin semesta terjaga dari praduga kala

setelah lipatan asa terbentang, cumbu dedaunan pada embun tak jua melelahkan pelepah//ada elegi yang begitu panjang mendulang kenangan//pada setiap kisi ruang//ada pengandaian yang bersanding dengan seloka jiwa// pada semua kelembutan kata//ada balada yang bercengkrama dengan perumpamaan// pada setiap nafas kerinduan.... seakan ingin menyapu awan lalu memetik bintang embun pun mengalir ..membasahi pelepah sukma bila..

detil auramu terlukis sempurna dalam bingkai pualam// lekuk pesona menebar ke seluruh jagad//kukenal aromamu dengan pembedaku// saat kujejaki tujuh malam menggapai cita//kurasa ada janji tak lagi hangat// membakar dusta lahirkah amarah//tapi...beginikah? pagi ini dan seterusnya kau seperti setia pada waktu// yang membuat ubunku jadi ragu

walau kemarau disertai deru debu// sendalu tak sungkan menyapa tetumbuhan di ladang senja// tempat bercerita para pendulang hujan// sesaat rindu mata air. Ada bianglala yang sempat membayang// seperti lembayung yang tak berjingga

jejak hangatmu mentari membias, membilur baur ruang dan waktu hingga aku tak sempat menghela sedetikpun dalam ruang pengab yang tak tertara. namun aku bahagia karena sesaat lagi musim kan berganti



by: zulkarnain siregar
maret 2010

Tidak ada komentar: