Jumat, 28 September 2012

anak jermal 3

esok...
kaulah saksi sejarah
hidup tak pernah punya pilihan
hidup tak pernah  jadi harapan
bukan angan-angan kebanyakan
tapi..
akan tetapi..
pertarungan menunda kematian


oleh : lentera bias jingga
28 September 2012
terinspirasi dari
kehidupan anak jermal
anak Jermal 2


usia tak cukup  belasan
kau terbuang dari kasih sayang
ibu yang melahirkan dengan ratapan
kemelaratan melingkar-lingkar nasib
tak berkesudahan

bangku sekolah tak jadi harapan
teman-teman tinggal di kampung halaman
hidup lalu berangsur jadi beban
memalak tak pula pilihan


oleh : lentera bias jingga
28 September 2012
Anak Jermal  (1)


by Lentera Bias Jingga on Friday, September 28, 2012 at 3:50pm ·

bocah  di tiang-tiang pancang

hidup tak berkesempatan

tinggalkan masa kekanakan

pergi mencari kehidupan

hitam dipanggang siang

dan ganasnya ombak

malam
 
 
Trah Malam

by Lentera Bias Jingga on Monday, September 24, 2012 at 11.19pm

ada bulan
ketika gerimis datang
malam bergurau  pada  bintang
bulan tersipu malu di atas pematang
...........................................
mengapa gerimis tak bilang-bilang?
ketika malam hendak melangkah  pulang

lalu bulan pergi menghilang
awan hitam jelang-menjelang
mengurung malam dalam bimbang

gerimis hilang hujan pun datang

Minggu, 23 September 2012

 
 Rasta...rasta...rasta...
 
by Lentera Bias Jingga on Thursday, September 23, 2012 at 5:12pm

rasta...rasta...rasta...

nyanyian dusta ada dimana-mana
langit setengah hitam, murka cakrawala
kota-kota lengang, lenyap dalam ruang-ruang ilusi
matahari  pun enggan melukis pelangi
setelah gerimis titis,  lelaki berdiam di ketiak istri
membakar diri bukan dalam api revolusi
membakar diri bukan dalam militansi
membakar diri bukan untuk tanah ini negeri
lalu mengganti kelamin jadi banci dan doyan memaki-maki
tanah ini negeri tanpa wara wiri

rasta..rasta..rasta ...

siapa lagi menghirup pagi di jalan-jalan sepi
siapa tadi  membuat janji ini negeri  tanpa politisasi dan korupsi
siapa lelaki  bernyali merampas kembali
tanah ini negeri dari tangan pencuri berdasi
pejalan kaki, pengemis suami istri, pemulung atau lelaki banci
yang datang dari perut bumi setelah tsunami?


rasta...rasta...rasta...

kota telah mati,  intelektual  pun tak lagi kembali
kampus-kampus sepi diskusi , tampang selebriti 
tawuran sana sini , ikon university for industry
diktat, toserba  fotokopi dan janji-janji para penguji
 kota tak lagi disinggahi  sinar matahari
lelaki dan perempuan kehilangan cahaya pagi
kehilangan janji-janji dari lelaki yang tegak berdiri
di setiap halte jalan-jalan sepi

lbj

Jumat, 21 September 2012


Elegi terus Menari

malam seribu hari
gus dur telah pergi, tapi ini negeri
terus menyimpan elegi hingga tragedi
yang tak ingin henti-henti.

malam seribu hari
gus dur telah pergi, tapi ini negeri
masih diliputi misteri, kepala-kepala negeri
seperti tak perduli, rakyat dibiar berkelahi

malam seribu hari
gus dur telah pergi, tapi ini negeri
masih diteror orang-orang tak bernyali
ajar berani mati cuma karena sakit hati

malam seribu hari
gus dur telah pergi, tapi ini negeri
hampir tak berarti buat tumbuh nyali berhati
yang menulis puisi lagi  dan menanam melati

malam seribu hari
gus dur telah pergi, tapi ini negeri
dibiarkan mati suri, warna-warni suram kembali, 
jadi api dalam hati, demokrasi janji-janji isi pundi

malam seribu hari
gus dur telah pergi, tapi ini negeri jalan-jalan penuh duri.
lorong-lorong gelap sekali, kanan kiri bahaya terus menanti
negeri gemah ripah loh jinawi, tinggal dicatatan sastra kawi

Rabu, 19 September 2012


bunga selasih sedap dipandang
di tanam orang tegak berjenjang
jangan berjanji bila tiada datang
adab pantang kawan pun kurang

Senin, 17 September 2012

 
 
 
B i z a n t i u m  2
 
by Lentera Bias Jingga on Monday, September 17, 2012 at 3:55pm ·
kelopak bunga perdu dalam vas di etalase
depan toko emperan seberang jalan
menuju ke trotoar perempatan kota lama

di sana...
ada lelaki yang menghitung setiap jejak kaki
yang  selalu menempel dari anak tangga satu ke lain
pada jembatan lintas jalan

perempuan berjilbab
datang dari sana menyediakan buah anggur
dari kebun di stepa pada musim semi
dan lelaki yang bekerja di ladang-ladang gandum

masa panen pun tiba,
pasar-pasar ramai hingga malam
lelaki berpestaria dengan anggur
tak satu perempuan melantung tembang
menjamu syukur dalam rasa cita
sepanjang jalan-jalan terbuka

biar pun siang perempuan lalu memetik perdu
dari vas buram liris magenta di taman kota
serta lelaki di trotoar menghitung jejak kaki
yang menempel di jembatan lintas jalan
barangkali tak hilang walau musim panas tiba

lbj

Jumat, 14 September 2012

 
 
 B i z a n t i u m   1
 
 
by Lentera Bias Jingga on Saturday, September 15, 2012 at 3:14am ·


adalahtanah

seorang lelaki

H e r a k l i u s

yang melebur emas,  perak

menjadi uang untuk perang



sebab,

perang ...

adalah keyakinan

dan jalan kebenaran

meracun "air kehidupan"


By : Lentera Bias Jingga
 Barangkali ..
 (sebuah perjalanan imajiner)
by Lentera Bias Jingga on Friday, September 14, 2012 at 12:11am

barangkali ,  tanpa Tigris dan Efrat
 lampu aladin tak akan punya cerita
hikayat tanah rawa gelagah dan paya
sepanjang semenanjung  persia

barangkali , tanpa Tigris dan Efrat
Dur-Sharukin, Niniwe dan Babilonia
tak jadi kota-kota kuno Mesopotamia
tanah peradaban anak manusia
akar kecendekiaan bangsa- Sumeria

barangkali ,  tanpa Tigris dan Efrat
kota tak pernah ada dalam catatan
seribu satu malam orang-orang Assiria
hidup tanpa kota seperti zaman nekara

barangkali ,  tanpa Tigris dan Efrat
Mesopatamia entah ada dimana
ditelan dusta-dusta  pemilik kuasa
sejarah tanpa nama yang hilang
ditelan nafsu serakah manusia

barangkali , tanpa Tigris dan Efrat
kota-kota hilang warna pun tabiat
gedung menjulang rakyat melarat
Baghdad runtuh  sejarah  sekarat
tangan-tangan culas lalu berkhianat


by : lentera bias jingga
       terkenang lampu aladin

Rabu, 12 September 2012

 I  m  a  j  i
by Lentera Bias Jingga on Tuesday, September 11, 2012 at 11:45pm ·

ingin kutulis malam
tanpa rembulan
tanpa perempuan
di atas kertas buram
dekat gordin jendela depan

kubiarkan imaji melayang
menemu bayang-bayang
yang sempat hilang
tentang siapa malam
tanpa rembulan
tanpa perempuan

lalu tangan meraih kalam
menulis angan-angan
memeluk harapan
tentang malam-malam
tanpa rembulan
tanpa perempuan

namun... malam oh
cuma sampai di tuliskan
hanya hadir dalam bayangan
di atas kertas-kertas buram
dekat gordin jendela depan

ini lukisan kisah malam
kulipat-lipat jadi sampan
biar  harapan dan tulisan
hanyut ke tengah lautan
tanpa rembulan
tanpa perempuan


by : lentera bias jingga
selamat malam rembulan

Sabtu, 01 September 2012

hujan

seperti kristal memantul
di setiap sisi jendela pagi
ada senyum mengembang
dari dalam ruang
 
aku melongok rindu
daun-daun jambu beranda
depan rumah hijau abu-abu
kuyub berpeluk mesra

hujan menyimpan duka
hari-hari yang berlari
risau  kemarau hati 
pergi jadi mimpi


lentera bias jingga
 

melarut..melaut

malam....
sepertinya ingin larut
ke peraduan

biarlah....
hening hinggap
di tubuh rasa

membawa sukma
melayang entah kemana


sekejap lagi
ia datang tak dengan janji
tetapi hati yang membuat
semua jadi rindu menanti
 
 
lentera bias jingga
 
dawai kita berdua
 
 
by Lentera Bias Jingga on Thursday, August 16, 2012 at 8:48am ·
ma...
malam ini kupetikkan senar dawai
mengiring syair lagu kita berdua
di bawah rindang flamboyan burai
di taman tempat kita selalu bersua

masih kau ingat kenangan itu,
dua puluh tiga tahun yang lalu
lomba cipta prambors rasisonia
selalu diputar di radio siaran kota
dari anda untuk anda,usai warta

ma...
malam ini kita mengulang cerita,
dengan syair-syair yang berbeda
dan petikan dawai nan mempesona
seirama dalam suasana hati ceria

malam seakan menari di selasar kota
penuh cahaya kembang api merona
turut bersuka sambut limapuluh dua
usia tua namun jiwa berkesan muda
isyarat cinta tak punah ditelan masa

ma...
izinkan aku bersujud di atas sajadah
bersyukur pada Tuhan Maha Kuasa
sebab kau tunaikan diri jadi bunda
yang mulia pada anak kita berdua
jalan hidup terbuka nan bersahaja

oleh : lentera bias jingga
buat : bunda dari kedua-dua anakku yang berulang tahun ke-52
          dan tanah air tercinta Indonesia yang berulang tahun ke-67
          semoga Tuhan terus menjaga jiwa-jiwa yang mulia
 
 merah putih fitri
 
 
by Lentera Bias Jingga on Monday, August 13, 2012 at 3:55pm ·
biar ke sana-sini
kembara dari pagi
sianghari jadi koeli
petang pun kembali
esok mengulang lagi
ya.. itulah berkali-kali
lamat-lamat jadi janji
orang senang berdasi
ingin buat ini negeri
tanpa upeti,tanpa komisi
walau janji hanya janji
negeri ini bebas korupsi
negeri adil, manusiawi
tapi hati jangan sangsi
merah putih tetap fitri


oleh lentera bias jingga
menyambut usia ke-67 merah putih mengawal bulan fitri  tetap turut berpartisipasi untuk ini negeri
 
 T o p e n g
 
by Lentera Bias Jingga on Tuesday, August 21, 2012 at 9:20am ·
topeng ada dimana ?
ada dimana-mana
ada di rumah-rumah
ada di kantor-kantor
ada di perkumpulan
ada di acara-acara
ada di sekolah-sekolah
ada di jalan-jalan
ada di taman-taman
ada di dalam tulisan
ada di ruang pagelaran
di unit gawat darurat
topeng itu wujud maya
tak wajah sesungguhnya


pasanglah topeng
biar di rumah-rumah
biar di kantor-kantor
biar di perkumpulan
biar di acara-acara
biar di sekolah-sekolah
biar di jalan-jalan
biar di taman-taman
biar di dalam tulisan
biar di ruang pagelaran
biar di unit gawat darurat
muka-muka jadi dasamuka
bak musang berbulu domba


lentera bias jingga
terinspirasi dari profil seorang teman
wek  wek  wek

by Lentera Bias Jingga on Wednesday, August 22, 2012 at 10:21am ·

wek wek wek.....
pagi, siang dan petang
wek wek wek.....
suara kesan menantang
wek wek wek.....
wajah dibuat-buat berang
pasang kumis tegak melintang
bak Hitler bengis meradang

wek wek wek.....
pagi, siang dan petang
wek wek wek.....
orang bilang dia pialang
wek wek wek.....
cuci uang kabur menghilang
negeri malang pencuri hengkang
undang-undang dipajang-pajang

wek wek wek.....
birokrasi berjenjang-jenjang
wek wek wek.....
politik basi suka diulang-ulang
wek wek wek.....
pemimpin bebek pulang petang
tak bernyali bicara terang-terang
ya..lempar batu sembunyi tangan

wek wek wek.....
banyak orang berpetualang
wek wek wek.....
sekolah dikarang uang datang
wek wek wek.....
negeri malang tak kunjung kembang
terus berutang sekeliling pinggang
ladang-ladang tambang milik orang

wek wek wek.....
bebek-bebek pulang petang
wek wek wek.....
pialang-pialang buka kandang
wek wek wek.....
antar pulang para pecundang


oleh : Lentera Bias Jingga
11 iktikaf
 
 
by Lentera Bias Jingga on Thursday, August 23, 2012 at 7:53am ·
langit hitam pekat
sepi pun menyengat
bulan sabit sekarat
malam pun tersirat

aku larut dalam dekap malam tinggalkan percik  cahaya kunang-kunang kudap.
jiwa tercegat syahwat-syahwat khianat. kemana lari hendak dituju, pinomat
secangkir kopi hangat  goreng ubi rambat.  sepotong kiat buat isyarat di akhirat

langit hitam pekat
bumi pun menghangat
matahari terasa  dekat
ingat tanda sifat-sifat


lentera bias jingga
refleksi
 
Barthes
 
by Lentera Bias Jingga on Saturday, August 25, 2012 at 8:55pm ·
bukalah mata
lebarkan telinga
makna ada dimana-mana

pergi ke semesta
keluar dari sangkar kata
makna ada dimana-mana

mengapa kepala
seperti katak di tempurung kelapa ?
mengapa makna suka dibiar merana?

bukalah mata
tembuslah  fatamorgana
mengiring  makna pergi  berkelana

lebarkan telinga
dengarkanlah  denting gema
antarkan  tanda buka cakrawala

biar makna tak jadi nestapa
ulah  masa  bencana wacana
ditulis pewarta  pun perawi kata


lentera bias jingga
terinspirasi dari pemikiran R.Barthes
Petualangan Semiologi