Senin, 03 Desember 2012

retak...kotaku retak

by Lentera Bias Jingga on Sunday, December 2, 2012 at 1:18am ·


retak...retak...
kotaku retak
tempat berpijak
aneka puak
terkotak-kotak

retak...retak...
kotaku retak
jalan setapak
sentak menyentak
telinga memekak

retak..retak...
kotaku retak
pecah berserak
ditetak-tetak
tangan tak bijak

retak...retak...
kotaku retak
desak mendesak
selera kehendak
tiada berakhlak

retak...retak...
kotaku retak
sapa berjarak
peka tak berjejak
otak memalak

retak...retak...
kotaku retak
rumah berjerejak
anjing menyalak
adab terdepak

retak...retak...
kotaku retak
mudah ditebak
siapa yang hendak
warisan rusak

retak...retak...
kotaku retak
tanah sepetak
dilego seperak
apa tak cekak

retak...retak...
kotaku retak
tembok tinggi buat berjarak
iri dengki terus berpinak
bibit benci tanda tak kompak

retak...retak...
kotaku retak
aneka puak pernah serempak
kini hilang, lalu terkotak-kotak
hitungan hari, kapan meledak


lentera bias jingga
02 Desember 2012

di Jalan Madong Lubis

by Lentera Bias Jingga on Saturday, December 1, 2012 at 3:33am ·
kutanya Medan mau apa
ia bungkam tanpa seloka
tak bergairah menjadi kota
atau kembali dengan kredo
" Paris van Sumatera "

Lalu
Medan kota apa..?

kutanya Medan sedang apa
ia meratap, berkisah  balada
lalu bertanya, "akukah Kota?"
hujan seketika banjir melanda
bata dimana-mana resapan sirna

Lalu
Medan kota apa..?

kutanya Medan mau kemana
ia terperangah tanpa tanya
malu jiwa karena abai sejarah
kota beraneka bangsa hijrah
tanpa budaya hidup tak berkah

Lalu
Medan kota apa..?

kutanya Medan lalu bagaimana
ia mengangguk tanpa bicara
walau hanya Deli dan Babura
memutar Medan dan inti kota
mengapa Istana banjir melanda

Lalu
Medan kota apa..?

kutanya Medan dari ensiklopedia
ia bercerita kota penuh romansa
ruang terbuka ada dimana-mana
aman, nyaman jompo dan orangtua
di taman-taman dan jalan utama

Lalu
Medan kota apa..?

kutanya Medan pada Dunia
ia gugup hilang rasa percaya
ada ringroad tempat berniaga
ruko-ruko pesat dimana-mana
di  protokol iklan menyala-nyala
bukan bisnis  tak juga budaya

lalu
Medan kota apa..?

kutanya Medan untuk siapa
ia lalu berpikir agak lama
andai  kota melindungi  warga
Deli dan Babura tak jadi bencana
pejalan kaki, pesepeda  bisa gembira
sebab kota pilihan semua warga



Lentera Bias Jingga
01 Desember 2012
Perjalanan Malam Keliling Kota
mengulang cerita ketika purnama tepat di atas Kolam Raya
samping Mesjid Raya

Requiem... buat Gaza

by Lentera Bias Jingga on Tuesday, November 27, 2012 at 11:42pm ·
gerimis  tak sempat berjejak di bumi
sebab api perang membubung ke udara
sedikit ia  hinggap di pucuk menara
membakar manusia tak berdosa sepanjang gaza
jadi dupa sesembahan para pemilik senjata

malam menyisakan duka
yang entah kapan sempat sirna
setiap mata memandang curiga
telinga pun  selalu berjaga-jaga
duka lelaki kehilangan putra
nestapa perempuan dan anaknya
tanpa seonggok harapan
lara palestina  sepanjang zaman
terburai  ledakan ambisi pengakuan

lalu suara-suara  pun hilang  saja
di jalan-jalan atas nama kemanusiaan
lalu suara-suara pun tak lagi kedengaran
ketika kekejaman dibiarkan terang benderang
mengapa  gaza jadi  ladang pembantaian ?
siapakah kita yang bertuhan
tak lagi merasakan daging-daging itu tercabik
ketika ledakan tak lagi terelakkan ?
siapa kita yang berpengetahuan
lalu tega tak lagi memperdulikan
entah apa kebiadaban jadi
simbol-simbol perdamaian ?

kemana gerakan keadilan
yang berjuang di meja-meja perundingan?
kemana  pekik kawan-kawan
yang selalu mengatasnamakan hak asasi kemanusiaan?

TUHAN...
maafkan aku yang terpanggang api benci
lalu memilih milah perlawanan
maafkan aku  kehilangan urat kepedulian
tatkala bangkai  anak lelaki  jadi debu,
bergelimpangan jadi saksi malam

malam-malam bisu tak berjeda
malam  cuma menyisakan duka...
siapa kita yang hendak bersuara
ketika peluru kendali memecah telinga
maafkan diam  yang diam-diam  membiarkan
perang memanggang anak perempuan
di jalan-jalan tak berlampu penerangan
gumpal asap dalam dupa sesembahan
jadi rebutan penganjur kematian
requiem... di  gaza yang terus terluka



lentera bias jingga
lara palestina
tak tersisa oleh ketimpangan dari perlakuan ganda
atas hak-hak asasi manusia dan ambiguitas makna negara
yang dengan sengaja dicipta untuk perdagangan senjata

Dialah Jendela Dunia

by Lentera Bias Jingga on Sunday, November 25, 2012 at 2:46am ·
Dia yang menanam kata
Dari jendela ke jendela
Lalu aku mulai mengeja
Setiap kata demi kata
Dengan  membaca terbata-bata

Dia yang menanam kata
Dari jendela ke jendela
Lalu aku mulai membaca
Rangkai sepatah dua kata
Bahasa belum bertanda baca

Dia yang menanam kata
Dari jendela ke jendela
Lalu aku belajar makna
Menyusun kata demi kata
Sebelum mengenal dunia

Dia yang menanam kata
dari jendela ke jendela
lalu aku mulai bicara
dengan kuasa kosa kata
menjaja apa itu dunia

Lalu dengan...
Dia yang menanam kata
Aku mulai menulis balada
Dari jendela ke jendela
Lewat akun dunia maya

Lentera Bias Jingga
25 Nopember 2012
Penghormatan Buat Guru SD-ku
Pun  Guru Bahasa Indonesia yang mengajarkan aku mengenal dunia

kemana anak laut ?

by Lentera Bias Jingga on Thursday, November 22, 2012 at 12:09am ·
kemana anak laut
tak menyisakan kata
hilang tak berjejak
dari tepak pusaka budaya ?

kemana anak laut
tak menyisakan suara
kearifan tetua Sekak
resam sirih leluhur Bangka ?

kemana anak laut
tak menyisakan mantra
lalu tiada barang setapak
mengusung cara adab bernama ?

kemana anak laut
hilang tak mengesan makna
ungkapan kearifan puak
perangkai tradisi upacara ?


kemana anak laut
yang kaya ungkapan budaya
di tengah samudera berombak
hilang dilimbur pasang masa ?


lentera bias jingga
21 hb Nopember 2012

kabar duka satu lagi warisan budaya bahasa suku laut
di pesisir Belitung dan Bangka yang penuturnya tinggal 150 jiwa
akan punah. siapa tak menyangka bila warisan dibiar begitu saja