Kamis, 13 Oktober 2011

syair tetangga

by Zulkarnain Siregar on Friday, October 14, 2011 at 4:53pm

kalau hendak memberi tanda

di camar bulan dari tetangga

persilah kata mengawal muka

tepak bersirih pertanda buka

tidak melayu bila tak menyapa

mengapa tetangga begitu tega

ganti peringgan asal suka-suka

tanpa pertimbang jiwa saudara

sudahlah ligitan hilang dimata

tangan menggapai tak bersua

tiba camar bulan jadi perkara

ulah tetangga seberang sana

biar perahu berlabuh di malaka

selatnya lapang tak bedermaga

kalau niat hati terus bertetangga

balikkan pancang ke asal semula

mari bersama sisihkan rasa duka

rancang cara tangan lalu terbuka

tidak memanas oleh nafsu belaka

sebab melayu tahu rupa menjaga

biar pemimpin suka berhadap muka

baca sejarah indonesia - malaysia

adat melayu merata dimana-mana

mengapa rumpun elok tak terjaga

oleh : zulkarnain siregar

14 oktober 2011

camar rembulan

by Zulkarnain Siregar on Friday, October 14, 2011 at 12:42am

kutangkap sayapmu yang lama kian terluka

ketika rembulan manis tak hendak meningkap rasa

lalu kutancapkan pancang-pancang sebagai tanda

bahwa aku ada dalam buaian rindu nusantara

tapi kemana ibunda yang lama tak bersua

tinggalkan aku seperti lupa adanya

meronta dalam cengkeraman tuan latifundia

karena rindu tak lagi punya arti apa-apa

biar lah camar hinggap ke tiang-tiang pancang

walau rembulan tak hendak menerang jiwa malam

lalu bersemayam perompak dari sampan-sampan

seperti tak bertuan kibarkan lawan sejuta pemberang

camar bulan hampir hilang dari catatan nusa kalimantan

by : Zulkarnain Siregar

13 Oktober 2011

Rabu, 12 Oktober 2011

tuan latifundium

by Zulkarnain Siregar on Thursday, October 13, 2011 at 12:50pm

hendak kemana-mana

luas tanah kaupagar

mengurung diri dalam

serakah dan ketamakan

hak ulayat pun tinggal

dalam catatan sengketa

terus berkepanjangan

hendak bagaimana jua

lapang tanah kautanam

mengiring diri dalam

kebencian orang habis

ladang hingga hilang

lahan air dari kehidupan

lalu hilir tinggal gersang

meregang semua harapan

tak terbayang bencana

datang selalu dibelakang

balik ke asal tanah awal

lahir dikandung badan

jadi ladang belantara

tak bertuan berhutan

hilang pesan di badan

menuju akhir haribaan

sela-sela petak tanah

satu kali dua yang span

menyimpan tubuh kaku

dalam dingin merasuk

kembali ke janji waktu

yang terus jadi ingatan

by : Zulkarnain Siregas

siapa tak terbayang


by Zulkarnain Siregar on Saturday, October 8, 2011 at 12:35pm
ingat waktu-waktu itu
jelang malam minggu
siap-siap setrika baju
beli tancho di kios gardu
lalu kilat-kilat semir sepatu
dengan astuti bonceng satu

wuih, angan pun bertandang
menembus gulita ladangladang
ke rumah kasih semata dirindu
nun jauh di kampung seberang
seminggu sudah tak bertemu
hati riang asa mengembang
mata memandang cinta terbayang

malam minggu janji dipasang
langit terang bulan berjenjang
lihat dara dan lajang lalulalang
di jalan-jalan bergandeng tangan
merayu angan bintang tertawan
rasa siapa tak ingin mengulang

hm..malam minggu yang panjang



by: zulkarnain siregar
kisah malam minggu yang panjang

kaupetik kuntum yasin, malam ini


by Zulkarnain Siregar on Thursday, October 6, 2011 at 3:33pm
malam ini...(entah seperti apa ?)
kau petikkan kuntum-kuntum yasin
dalam rona tajwid yang mewangi
ruang tamu dan kamar kalbu kita.

sungguh aku sempat tertegun
oleh lantun senandung, seolah
ia ingin melukis hening malam
dengan irama kampung suluk
tempat kita pernah berdua
memuja-muji kebesaran-Nya.

ingin rasanya menahan malam
yang penuh warna-warni irama
penyejuk jiwa yang terbelenggu
raut hati siang terluka ulah akal
semata yang suka mengadaada

pergilah siang yang penuh deraan
teka-teki dari dengki dan caci maki
bawa semua janji tak sepenuhhati

datanglah malam dalam jambangan
kuntum yasin yang mengaliri hawa
sejuk perlahandiam di lengan waktu

aku rindu suluk-suluk dalam rangkai
yasin yang menderu-deru malam ini
lalu membawa kita memuji asma-Nya

by :Zulkarnain Siregar
Kamis malam (pon 9) 2011
batas ruang tamu dan kamar depan
enam oktober duaribu sebelas

hehe..sudah biasa


by Zulkarnain Siregar on Tuesday, October 4, 2011 at 4:09pm
turunlah gas..di persimpangan
pada pertigaan trafick light
ada zebra cross
belok kiri jalan terus

nabrak...^)

lalu perhentian perempatan lampu merah
orang belakang raung klakson nyala-nyala
siapa sangka itu gejala buta warna

andai tiba di perlimaan, segera siaga kehati-hatian
sebab petaka jalang siap menjemput badan
senggol sedikit, hilang kesabaran

liarlah mata di perenaman :
ramai sangat pasang iklan di badan jalan
besar-besar hingga tak berukuran
bagai angkutan kota berseliweran
bukan kota tak rupawan, tapi aturan
tak pernah dihiraukan

Kamis, 06 Oktober 2011

raut jemari di kaca jendela

by Zulkarnain Siregar on Thursday, October 6, 2011 at 1:49am

terikmu menyapu sebagian langit

di utara ada siang menggantung

rasa penat di sendi-sendi cahaya

pantulan kaca jendela rumah kita

yang kemarin retak terbelah dua

lalu retak melebur jadi serpihan

kristal jatuh berhambur ke senta

senta. kau pungut pecahan itu

dalam diam yang merenggut luka

terus...terus..menyobek jemari

lentikmu yang gemulai di rengkuh

dusta yang berpilin dengan kata

merah menetes dari jemari hingga

segenap raga oleh pecahan kaca

jendela rumah tempat kita berdua

setiap waktu seperti tak tertunda

kesia-siaan makna oleh reka-reka

akal yang lumpuh nurani dan logika

by : Zulkarnain Siregar

senja di denpasar, 18 september 2011

hehe..sudah biasa

by Zulkarnain Siregar on Tuesday, October 4, 2011 at 12:09pm

turunlah gas..di persimpangan

pada pertigaan trafick light

ada zebra cross

belok kiri jalan terus

nabrak...^)

lalu perhentian perempatan lampu merah

orang belakang raung klakson nyala-nyala

siapa sangka itu gejala buta warna

andai tiba di perlimaan, segera siaga kehati-hatian

sebab petaka jalang siap menjemput badan

senggol sedikit, hilang kesabaran

liarlah mata di perenaman :

ramai sangat pasang iklan di badan jalan

besar-besar hingga tak berukuran

bagai angkutan kota berseliweran

bukan kota tak rupawan, tapi aturan

tak pernah dihiraukan