Pagi itu mendung menyapu seluruh wajahmu
matahari sepertinya enggan menyapa bumi
di sudut kampung yang sempat disebutkan orang yikah ang lalu kutemui sepotong ingatan, kala ada yang berpapasan denganku, setengah jam yang lalu ada jalan setapak yang jarang sekali dilalui
kucoba untuk menyusuri dengan setengah telanjang kaki
sembari menebas keladi liar yang tumbuh di kanan kiri jalan
ut
aku berpikir : "Inilah jalan yang disebut-sebut menuju ke kampung itu."
antara yakin dan tidak, aku terus saja melaju mencari tau, walau keraguan terus mengganggu benakku kemudian tak berapa jauh di depan ku
telah berdiri seorang tua dengan raut wajah sedikit renta dan terbungkuk. rambutnya panjang sepunggung hampir memutih keseluruhan. . Sedikit aku kaget, karena wajah itu pernah ada dalam mimpiku.
Saat mimpi itu, dia sama sekali tidak bicara padaku, namun sorot matanya yang tajam dan menggugah hati membuat aku jadi ingin menyapanya. Kali ini, ia sepertinya mengulang kehadirannya di depanku. seperti dalam mimpi itu, ia tidak berbicara , namun matanya telah membuat aku jadi tak sadar diri. sepertinya aku berada dalam relung jiwa-jiwa yang gelisah. Kucoba mengulang-ulang ingatan kembali,
dan mencoba kembali ke alam bawah sadar yang kumiliki, namun sia-sia. aku balik situasinya, umpamakan aku tak percaya jiwa-jiwa ini menjadi begitu gelisah.semua serta merta terjadi begitu seketika.
" banyak yang hilir mudik dan seperti sibuk tak menentu, rupanya laci mejanya belum berisi."
" di ujung jalan itu ada yang sibuk menghitung anak korek api,tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal, lalu......menangis"
" sebagian yang mendaftar sedang asik menghitung kepala manusia, sembari tersenyum-senyum di depan ..... kursi putar botot"
" ada yang mengesankan dirinya "angker" dengan mengumbar rasa takut sambil terkekeh-kekeh...."
" dua tiga jiwa ada yang menjulurkan lidahnya menjadi begitu panjang sambil meliuk-liukkannya "
" si pandir yang mengukur-ukur dirinya dan jiwa lain.lalu merintih...meronta dan angkuh sambil berkata : Aku adalah Aku , Kau adalah Kau , kemudian aku bukan kau begitu juga kau bukan aku "
dalam relung jiwa-jiwa gelisah itu sepertinya aku bersimbah hawa keculasan, kebencian, dengki dan bengis. Jiwa-jiwa gelisah itu membuatku tak sempat sampai ke kampung yang disebut-sebut orang yang selalu berpapasan denganku, sebab mata itu belum membuatku sadar
dari mimpiku
yang berulang
dari ilusi ke maya
dari janji ke kata
darimana....
harus aku mulai
lagi ?
by : zulkarnain siregar
22.07 WIB grey green house 22 pebruari 2010
matahari sepertinya enggan menyapa bumi
di sudut kampung yang sempat disebutkan orang yikah ang lalu kutemui sepotong ingatan, kala ada yang berpapasan denganku, setengah jam yang lalu ada jalan setapak yang jarang sekali dilalui
kucoba untuk menyusuri dengan setengah telanjang kaki
sembari menebas keladi liar yang tumbuh di kanan kiri jalan
ut
aku berpikir : "Inilah jalan yang disebut-sebut menuju ke kampung itu."
antara yakin dan tidak, aku terus saja melaju mencari tau, walau keraguan terus mengganggu benakku kemudian tak berapa jauh di depan ku
telah berdiri seorang tua dengan raut wajah sedikit renta dan terbungkuk. rambutnya panjang sepunggung hampir memutih keseluruhan. . Sedikit aku kaget, karena wajah itu pernah ada dalam mimpiku.
Saat mimpi itu, dia sama sekali tidak bicara padaku, namun sorot matanya yang tajam dan menggugah hati membuat aku jadi ingin menyapanya. Kali ini, ia sepertinya mengulang kehadirannya di depanku. seperti dalam mimpi itu, ia tidak berbicara , namun matanya telah membuat aku jadi tak sadar diri. sepertinya aku berada dalam relung jiwa-jiwa yang gelisah. Kucoba mengulang-ulang ingatan kembali,
dan mencoba kembali ke alam bawah sadar yang kumiliki, namun sia-sia. aku balik situasinya, umpamakan aku tak percaya jiwa-jiwa ini menjadi begitu gelisah.semua serta merta terjadi begitu seketika.
" banyak yang hilir mudik dan seperti sibuk tak menentu, rupanya laci mejanya belum berisi."
" di ujung jalan itu ada yang sibuk menghitung anak korek api,tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal, lalu......menangis"
" sebagian yang mendaftar sedang asik menghitung kepala manusia, sembari tersenyum-senyum di depan ..... kursi putar botot"
" ada yang mengesankan dirinya "angker" dengan mengumbar rasa takut sambil terkekeh-kekeh...."
" dua tiga jiwa ada yang menjulurkan lidahnya menjadi begitu panjang sambil meliuk-liukkannya "
" si pandir yang mengukur-ukur dirinya dan jiwa lain.lalu merintih...meronta dan angkuh sambil berkata : Aku adalah Aku , Kau adalah Kau , kemudian aku bukan kau begitu juga kau bukan aku "
dalam relung jiwa-jiwa gelisah itu sepertinya aku bersimbah hawa keculasan, kebencian, dengki dan bengis. Jiwa-jiwa gelisah itu membuatku tak sempat sampai ke kampung yang disebut-sebut orang yang selalu berpapasan denganku, sebab mata itu belum membuatku sadar
dari mimpiku
yang berulang
dari ilusi ke maya
dari janji ke kata
darimana....
harus aku mulai
lagi ?
by : zulkarnain siregar
22.07 WIB grey green house 22 pebruari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar