Rabu, 24 Juli 2013

July 22, 2013 at 9:41pm
tadi..
bulan merah
menguas cahaya
selasar langit timur
sebelum isya suar
dari menaramenara

seperti purnama
tapi, berbirat dan redup
memeluk awan
lekuklekuk membayang
bulat tak bertepi

hinggap seketika
di pucuk dahan meranggas
melepas rindu setelah
bukitbukit kehilangan fauna
satwa pergi entah ke mana

bulan merah mentasbihkan luka
tersayat cadas diujung danau sana
tubuhnya terayun-ayun ombak
yang menuntun  biduk 
hendak pulanglah  ke seberang

bulan merah tertidur pulas
di kaki anak pencari ikan
menguas biduk sewarna saga
sebelum tepian tiba


lentera langit jingga
22 Juli 2013




Minggu, 21 Juli 2013


jingga yang bercerita


senja telah menambat sauh
di kaki bukit
kisah siang seperti akan usai
di batas langit dan tasik
pun sebatang pohon
menjaga malam dari riuhnya gelombang
menjaga malam dalam nafas sampansampan
yang tertambat di pinggiran
rindu lalu diraut dalam tarian

jingga merepih di dahan dan dedaunan
matahari seperti bidadari kembali ke pelukan alam
bukit dan tasik tak ingin melepas petang
dalam kemarau jiwa
yang tersisa setelah siang matahari
mengajarkan seisi alam dalam doa dan kerja
atas nama kehidupan, lalu...
bukit dan tasik seperti ingin bergamit tangan
dalam ranjang di ruang tidur yang penuh hasrat
rindu yang tak terkatakan

sampansampan lalu melarung di tengah gelombang
yang menyuara dalam nyanyian malam
dan desir angin mencumbu setiap ranting pohon
irama gemericik tasik dalam melodi rumba purba
sepertinya daundaun pun ingin menjadi biduan
di tengah pergantian siang dan malam

lentera langit jingga
21 Juli 2013
senandung tasik

ada plastik

July 20, 2013 at 6:14pm
sebelum berbuka

di meja makan : 
cangkir plastik, piring plastik
sambong plastik, sendok plastik
lepat bungkus plastik, roti balut plastik
nasi bungkus plastik
gulai ikan plastik 
teh manis dingin plastik

di ruang tamu :
orangorang berbicara
dengan mulut plastik 
menjelma tanda tanda plastik
menanti waktu plastik
kadang keluar  katakata plastik
terdengar makna plastik
kalau diucapkan suarasuara 
seperti gesekan plastik

di televisi :

tayangan iklan bergaya plastik
beritaberita kota dan dunia dikemas plastik
penyiar pakai lipstik dan warna busana plastik
sinetron menyulap tematema plastik
interaktif pemirsa dan tv dengan kata plastik
isi ceramah seperti lapislapis plastik

tiba berbuka
kudengar plastik bersukaria
sebab orangorang tak lagi 
bertandatanda plastik
mengganti mulutmulut plastik
dengan selera plastik
 tak berkatakata plastik
suarasuara mulai sepi dari plastik

giliran plastik bersuara
manis dingin dituang ke cangkir plastik
sayur diaduk sendok plastik
nasi digilir ke piring plastik
tangan dibasuh kobokan plastik
buka puasa tak berisik



lentera langit jingga
20 juli 2013


l

Jumat, 19 Juli 2013

Rabu, 17 Juli 2013


lengkuas

July 16, 2013 at 10:21pm
(menu)

pedas ia bukan cabe
pedar tapi tak juga kulit kayu
berumpunrumpun di kebun belakang
perencah buat tauco ikan
buat gulai lomak
buat bubur pedas
atau bumbu ayam goreng

pedas tapi pedar
serasa ia tak lengkap buat menyayur
teringat ibu di dapur
menggulai daun ubi 
untuk persiapan sahur
bila tiba bulan puasa 

kalaulah ada arsik 
biar terasa hangat di dada
boleh juga wangi lengkuas
kincung , serai dan bawang batak
soal rasa usah sangsi
tak kalah spagheti 
yang datang dari negeri
orangorang yang tak kumengerti
lidah terasa keki
kalau dimakan cuma di gigi
tak sampaisampai ke hati


alif lam

July 15, 2013 at 11:21pm
kutunggu kau di sudut jalan
lampulampu masih terang
rumahrumah masih terbuka lapang
anakanak bermain riang
di halaman tak berpagar dan bertiang
kampung sedulur dan seperinggan

kalau lampu itu padam
tangan tak lagi berpegangan
telah datang kelam 
telah membawa kau atau aku diam
dalam tawanan pikiran
yang tak karuan
mata tak mungkin terpejam
oleh risau silang persengketaan
kata, perbuatan dan perlakuan


lentera langit jingga
malam keenam puasa

ketika pintu terbuka...

July 15, 2013 at 1:02pm
masih kudengar kicau burungburung 
yang hinggap di dahan jambu
dekat jendela

masih kulihat bulir embun pada lidah dedaun
mengulas cahaya bening 
ketika cecah menjejak ranting 

masih semerbak bunga jambu
menyeruak dari kuntumkuntum hijau
jatuh di dendang angin malam 

masih terasa dingin 
yang tersimpan dalam ketiak pepohonan
ketika embun menyelimut sepanjang jalan

masih samar terbayang bukit barisan
ditutup kabut caya pagi menjulang
di padang terbentang

masih sempat kurasa rintikrintik hujan
yang membasahi jalan 
rumahrumah kampung ke pasar pekan

masih kutulis kegembiraan
esok pagi segala harapan kan terulang
indera kehidupan terus merasakan



satu dawai

July 13, 2013 at 10:34pm
ingin kupetik
satu saja dawai dari gitarmu
untuk mengisi malam
yang kau sebut malam panjang
walau tarawih selang berselang

ingin kupetik 
sekuntum bunga sedap malam
yang kau tanam dikitar halaman depan
buat kusemat di ujung nada
yang mengisi sisa malam
bulan hampir terbenam

ingin kupetik
satu kutipan dari puisi renungan
yang kau salin dekat jambangan
ketika malam hendak beranjak
dari kebisingan kelam
yang menghempang
hatimu jadi pualam

biarlah dawai
biarlah bunga sedap malam
biarlah puisi renungan
memainkan irama 
di pentas suara malam
tak terikat rima tak terikat pesan
tapi yang ini kita masih bertatapan
walau janji cuma rekaan

betapa malam bukan untuk bergumam
katakata berseliweran
tak bertanda buat langit yang diam
tak bermakna pada bulan yang akan tenggelam
di tengah kabut hitam jendela pikiran

Kasih-Nya (6)

July 13, 2013 at 1:27pm
ft: kepodang kacang panjang


telah Kaukirim pesan
lewat hujan tadi malam 
yang membasahi pematang 
ladang belakang

setelah kemarin petang
kusemai bibit kacang panjang
bilah bambu pun kupancangpancang
kelak tumbuh merayap, berjenjang

sayang...
awan hitam menggantung di langit petang
agaknya alam tak terbendung menjulangjulang
kutengok ramai burung kepodang datang
mencari makan nun di sawah seberang

telah Kaukirim harapan
lewat angin kencang sebelum hujan datang
membawa kotoran burung kepodang
ke pematang bibit bertiang pancang
yang kita tanam sepanjang siang

tapi kadang aku terhalang
membaca ulang kaji detak peruntungan
akal sering menjalang 
syahwat menerjangnerjang
biang parewang hidup pada bayangbayang


lentera langit jingga
memilih tanda




Kasih-Nya (5)

July 10, 2013 at 10:30pm
seperti mengulang senja
dari petang yang tinggal sepertiga hari
ia datang melafaz malam
dengan nyanyian tanpa syair
dan suarasuara shir
memuji Tuhan di tengah bising
sayup raung anak yang ditinggal pergi
susuan dan kasih para jembalang

seperti mengulang senja
yang meregang siang dalam duapertiga matahari
ia menabur kalimatkalimat asma 
dengan irama tak berjeda
dan katakata yang ia lupa datang dari mana
memuji kebesaran dalam hening
ketika petaka menjadi sering
menyulam hatihati yang bening

senja ini, ia meraut langit
dalam lipatan jemari menggeluti hari
yang tersusun rapi di ujung kepala hingga  kaki
menggapai janjijanji yang tertuang pada kitabkitab suci
membasuh muka dengan cahayacahaya rawi
menghiasi hati dengan puspa yang mewangi
dalam  syairsyair Rumi yang ia dengar setiap pagi
sebelum ia berpamit pergi 
mencari rezeki yang menyebar di bumi


lentera langit Jingga
10 Juli 2013




Kasih-Nya (4)

July 6, 2013 at 7:32pm
(Ziarah) 


adalah petang
yang menggantikan siang
yang membentang 
jejakjejak petualang

ketika peluh waktu tersaput
setiap riwayat luput dalam perjalanan
dan liku lekuk para pejalan
yang merentang di langit harapan
yang bercerita tentang renungan
sejenak jeda... 
sejenak tanda...
menitip pesan kebahagiaan

nisannisan
seraut tanda perhentian
yang terbaca dalam ayatayat alam
lalu hadir membelenggu 
ketika kubur jadi berhala
jalan pikiran 
ketika kubur adalah janjijanji kematian

biar kutemukan pada setiap dahan
biar kutemukan pada setiap rerumputan
biar kutemukan pada setiap air yang diam
yang membungkus badan
yang menyulam setiap detik nafas
walau terlupa karena ziarah adalah kesempatan