biar..biarkan siang meradang menguliti hari
di jalan-jalan membayang carut marut lelaki
dan lalu lalang janji menikung beringsutkusut
kebut tinggalkan perempuan di bawah tenda
mereguk racun dalam hidup
yang ia yakin tak kan sia-sia
entah mengapa
lalu patahkan pancang siang ,
yang selalu menghalang di depan
membawa angan pada harapan
melukis dengan waktu
senandung dengan peluh
melenggang tak tak berirama tak berubah
hingga membakar nyali tabah jadi abu serakah
biar..biarlah matahari tepat di atas
membakar seluruh isi kepala
yang pernah ditumbuhi pepohon asa
hidup yakin tak pernah sia-sia setanjak usia
dari padang gembira berbalut duka nestapa
dan menyiangi seluruh rasa ringkih
menggumpal lalu membuncah dalam dada
bukankah peluh isyarat duka hidup adalah derita
dalam tumpukan harta-harta dan rayuan kuasa
lalu mengapa diri menyerah dalam jeratan materi?
padahal waktu cuma secuil ragu yang terus memburu
meneguh nafsu hingga memutar ke ujung waktu
biar..biarlah perempuan adalah waktu yang
menunggu sejak setia menyulam selendang rindu
tentang kasih yang membentang dalam rajutan kalbu
lentera bias jingga
9 pebruari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar