ia lelaki tayu dari masa lalu
yang menulis semua biru
dalam setiap persinggahan
dari waktu ke waktu dengan
tinta luka yang terus memburu
jalan hidup berlalu tak tentu
catatan pilu lagi-lagi selalu
berakhir di batu saat ia lukis
dengan semua kata-kata bisu
dengan semua arti peluh rayu
ketika langit berkabut abu-abu
ketika randu jadi merah dadu
bukit-bukit hitam itu berbatu
cadas dan keras penat tandus
sepanjang tayu kalingga serayu
pengiris ritus perempuan tayu
yang lalui hidup berbekal malu
dari nafkah lelaki pemalu batu
hingga waktu terus berlalu
bulan tak lagi di daun jambu
bergincu rayu di bawah randu
menyulam malam tanpa kelambu
hingga pagi sedikit tersipu-sipu
melihat ragu dari pintu ke pintu
hidup keras tak ubah batu
meradang ragu setiap waktu
berburu langit biru, laut biru
tapi bulan terus begitu sayu
jalani laku menunggu waktu
di pucuk randu menguncup malu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar