percik hujan dekat jendela
madah puspaku
kau basahi anyelir di taman dekat jendela kamarku,
ada mawar merah, ada anggrek bulan
turut kuyub oleh ulah nakal airmu
yang memercikmercik dari batu pancuran kolam kecil sudut itu.
anak lohan lincah menarinari
tatkala percikan air membasahi tubuh anyelir,
membasahi bibir mawar merah
membasahi kelopak anggrek bulan
kau basahi tanah kering yang terpanggang panas siang.
pohon jambu depan jalan
yang sempat menguning daundaun di sebagian dahan.
pun dinding tembok rumah bagian belakang.
percikmu menarinari di celah tambunnya awan hitam,
langit kelam seperti malammalam tak berbintang
gordyn kamar seperti menghindar
sebab lincah percikmu terus menggoda
biar kau dapat mengintaiku dari jendela.
sesaat itu rindu kusimpan di bawah bantal
tapi...
memang hujan memendam harapan
anyelir di taman dekat jendela kamar
seakan ingin merayu malam agar hujan tak pulang.
harum mawar merah pun menarinari di sekujur hujan,
mencumbu, merangkul pinggang
menggoda hujan agar menginap semalam di taman.
anggrek bulan memamer jemari lentik
pada hujan yang tersenyum.
setiap tatapan lalu dimakna hujan
terbersit rindu yang teramat dalam
sayang...
malam ini hujan terpaksa pulang.
walau esok anyelir, mawar merah, anggrek bulan
sungguh menyimpan rindu dibalik makna kehadiran
: selamat tinggal. selamat malam
23 September 2013
terinpirasi dari Taman Key Virginia Woolf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar