pun ia menari dengan kepaknya yang lembut
bagai membuka setiap umpama isyarat malam
dengan tubuh mungil dandan raut yang natur
putih kemilau pualam merayu rupa rembulan
banyak dahan-dahan tertegun menatap gerak
yang indah ketika kepaknya berdendang ria
sejak senja itu tiba. ada yang menepuk tangan
berhentak kaki, lalu melenggang terbawa irama
waktu terus merangkak membawa sajak berima
yang tersusun apik dari helai-helai aksara kota
hingga rusun-rusun yang tiada tertata parapraja
tempat para pencari malam menyeka peluh setiap
kata. sepertinya makna tak selalu menjadi apa ada
apa cahaya rembulan menembus dahan-dahan malam
di beranda kota yang sesak oleh gemerlap rasa, entah
tiada berpenyangga, mengusik raga tanpa berkata ada
menyapa setiap dinding kota tanpa ragu dengan irama
niscaya para pencari makna meranggas
hati daun-daun yang tumbuh di lereng
malam tempat para sesepuh menguji diri
tersungging kulum ditemani rembulan..
yang tak hendak meninggi puncak lara
by: zulkarnain siregar
hutan jati jagawana
7 agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar