di sudut petang itu, pernah aku bertanya padamu
tentang raut wajah lelaki yang telah hadirkan aku
dalam rahimmu, yang kau bawa lalui jalan berliku
penuh luka, tatkala waktu itu berlalu tersipu-sipu
ketika senja tiba menyapamu, kuusap kening itu
yang penuh guratan tanya, lalu kau simpan ragu
tuk untaikan semua rindu apa yang sesungguh
dari kalbu yang sejak dahulu tak selalu kauasuh
namun, kutau kau tak pernah akui itu adalah pilu
dalam riwayat waktu yang berlalu tuk jadikan ibu
bagiku.
namun kutau kau tak pernah lalui hari adalah sendu
dalam genangan kasih lelaki yang telah hadirkan aku
untukmu.
Begitukah? waktu ternyata telah menyita rasa suka
yang juga ada di sela-sela jendela tempat asa berada
ketika kata menjadi begitu bermakna pada bentara
raga yang tinggalkan cinta pada gemuruh di dada
dari asih tangan lembutmu kau asuh ayunan cita
lalu karena tiada, kau lepas asahmu dari kata-kata
kutau itu bukan perangaimu dalam menyusun etika
tuk lalui jalan berliku hingga bisa umpama biasa
ibu, pernahkah terbayang olehmu betapa rinduku
pada lelaki yang telah hadirkan aku dalam rahimmu
ibu, pernahkah terpikir olehmu betapa rikuhya jiwa ini
karena tiada rupa yang merintis janji ketika tiba waktu pagi
by : Zulkarnain Siregar
19 Maret 2010 paruh tiga malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar