waktu itu kudengar kicau pilu sepasang pungguk
yang hinggap di sebatang cemara, kaku ringkih
di sepanjang pagi utara jalan menuju bukit toba
tentang tanah menanti pepohonan rindang lalu
membungkus bumi dari keserakahan siang yang
tiada berhingga meluruh dedaunan tanpa tersisa
kulihat tangis pungguk yang tak lagi membasahi
pelupuk mata karena cemara tempatnya hinggap
telah terbakar nafsu serakah para pemilik kuasa
yang tiada mampu menahan rasa untuk memiliki
cemara di sepanjang pesisir toba tempat marga
marga yang dulu mengurai silsilah somba debata
pungguk terus berkicau mencari dahan-dahan
masih berdaun di penjuru pucuk walau cemara
tempat ia berdiam, lalu menetas keturunan t'lah
kering karena bukit tak lagi menyimpan air dari
rimbunnya hutan di pesisir penjaga namaku toba
tempat para marga mengingat leluhur, awal kata
lalu, esok tak kudengar lagi kicauan pilu sepasang
pungguk di tengah padang liar tiada pepohonan
dan dedaunan yang rindang di puncak bukit toba
entah kemana..? Kutahu ia rajin menjaga cemara
cemara rindang bersama kuasa para marga-marga
yang masih tersisa untuk merawat cemara di toba
Jangan tinggalkan toba, sebab kita masih disana
By: Zulkarnain Siregar
Catatan Perjalanan 2009
disalin ulang 4 juli 2010
Written 16 minutes ago · Comment · Like
Tidak ada komentar:
Posting Komentar