Zulkarnain Siregar (Oppungleladjingga)

Sajak bebas, Syair dan Pantun

Rabu, 23 April 2014

Penawar Sukma


selaseh kembang semangkuk
kekaseh datang menjenguk
Diposting oleh zulkarnain siregar/lentera bias jingga/lentera langit jingga di 00.01.00
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Jejak Waktu

  • oretan yang terserak

ketika berproses

  • ►  2010 (124)
    • ►  Maret (24)
    • ►  April (13)
    • ►  Mei (8)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Agustus (21)
    • ►  September (8)
    • ►  Oktober (11)
    • ►  November (8)
    • ►  Desember (13)
  • ►  2011 (71)
    • ►  Januari (10)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Maret (15)
    • ►  April (7)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Juli (2)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  November (7)
    • ►  Desember (8)
  • ►  2012 (75)
    • ►  Januari (5)
    • ►  Juli (30)
    • ►  Agustus (8)
    • ►  September (19)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Desember (5)
  • ►  2013 (143)
    • ►  Januari (5)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Maret (4)
    • ►  April (22)
    • ►  Mei (21)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Juli (32)
    • ►  November (43)
    • ►  Desember (9)
  • ▼  2014 (41)
    • ▼  April (35)
      • surat seorang anak dari masa depan ... buat ibu y...
      • Lukisan masaseperti hidup dalam angandi taman peng...
      • kuingat kau embun tubuhmu basahnyelinap dalam len...
      • ya...mengapa? walau kudengar dari tetanggamasih a...
      • menolak sekali pagi langit tak tampak padahal awa...
      • Yang kucatat  Tentang Pak Tua semakin tak yakin ...
      • Bunga Mayang ia tidak lagi menantisampan itu sing...
      • Embun Menepi langit pagi sembunyidalam selaput ...
      • Melati di Hati [kelahiran pemilik janji] kulihat ...
      • jalan sepi puisidari tubuhku engkau menulis puisip...
      • Ula Kam Ngandong *)Biarlah Sinabung menangisdari p...
      • Selamat Pagi Puisi lingkar lingkar ini seperti me...
      • Selamat Pagi Puisi lingkar lingkar ini seperti me...
      • Angela sempat kau bertanyapada hujan yang tiba ti...
      • Makrifat suka berkata dengan ayat suka menasihat ...
      • merindu hujanmalam...kirimkan segumpal awantepat d...
      • Negeri Teguh Penuh Rayuan Cerita manis pun bersel...
      • Balonku Ada Lima ... Bentar lagi bagi-bagi kao...
      • Penawar Sukma selaseh kembang semangkuk keka...
      • jadi seperti kaldu seperti orang kehilangan k...
      • tergiur yang muda-mudahendak bersuara menyala-nyal...
      • hendak bertemu jalan-Mu izinkan aku membuka semua...
      • bulan pun tak ingkar janji andai janji...
      • sahabatku rindu kamu membawakan lagu : Relea...
      • nafsu lawamah sewaktu imamah suka menzholimi umma...
      • jalan-jalan tanpa kepedulian langit medan huj...
      • hari pemilihan umum bukan golput, bukan penentang...
      • Jadilah Buih di Tengah Lautansaatnya mengoreksi di...
      • dari dangau halau bangau sayur asem, ikan asi...
      • suatu hari waktu pemilu ... kusampul kado bu...
      • pengadilan kartu satu tambah satu hati makin ...
      • sunyi  rindu menyelimuti kalbu ketika bulan ...
      • politisi hidup puisi, geger kursi, gegar koalisi,...
      • imaji tidurlah.  waktu telah dini hari seb...
      • perempuan kaulah ibuku kaulah ibu anak-ana...
    • ►  Agustus (6)
  • ►  2015 (5)
    • ►  Januari (5)
  • ►  2021 (1)
    • ►  Oktober (1)

yang kupikirkan

Foto saya
zulkarnain siregar/lentera bias jingga/lentera langit jingga
Entah itu sajak, puisi atau pantun dan apalah namanya, bagiku dia adalah "sungai" yang setia membawa biduk kata-kata mengalir ke muara makna yang serba suasana. "Sungai" yang lebar, tenang dan bening mengalir dari hulu suara-suara yang menyulam kata, menjadi larik di tepian rasa serta menjadi bait di hilir amanat yang terjaga. Tampak ikan-ikan bermain di dasar, pun ganggang hijau yang merawatnya dari keserakahan tuba dan bubu para pencari jurung dan siput hitam ketika kelam malam pun tiba. Biduk kata, ia pun membawa episode peristiwa dengan pelbagai cerita tabiat manusia dan perjalanan kehidupan. Kata pun tak hanya kata, tetapi ada rasa, ada masa, ada jiwa, ada raga melarut (kadang) melaut rupa bak ungkapan. Apakah lelah di perjalanan, letih menghela kerja, lalai merangkai peka, luka karena kata? Ia ternyata mampu menggugah hasrat tetap ada dalam suasana apa dan bagaimana juga. artinya hidup menjadi ada dan berarti, (mungkin) buat sesuatu yang masih berguna
Lihat profil lengkapku
sudut tepak berinai. Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.