angin di padang sabana tak sampai
meringkus panas gurun ,telah berkali-kali
sergap bait-bait para perempuan pramuwisma
yang terlunta di balik tembok dengan
pakaian dekil dan raut kusam,
itulah sadrah
sadrah....
hilang di gurun sudah berkurun-kurun
tapi negeri hanya tertegun menatap pikun
tak seorang riuh melanun para majikan pun
penghisap darah perempuan pekerja tekun
sadrah...
hilanglah di gurun walau berkurun-kurun
hilanglah di gurun sudah bertahun-tahun
lupakan anak keluarga di dusun
pergi kerja bermodal tekun
pengisi pundi-pundi negeri
di sepanjang tahun
lalu sadrah meradang badai
ulurkan resah di belahan pasir gurun
yang membungkah raga tanpa rupa
jadi tak seperti agama menghormati manusia
karena sayatkan sembilu dalam tragedi tubuh
perempuan pekerja rumah yang tekun bersahaja
entah mengapa aku pun lalai
tak ada huru hara risau akan bangsa di bawah
palem-palem kering tak bernyawa di ujung jazirah
entah mengapa semua ingin menolak jasad bala
seakan mereka tak pernah ada dalam 5 perkara
seakan mereka bukan daging daging kita terburai
berserakan di sepanjang padang
gurun tempat kitab-kitab agung
para pemuja gurun berlindung
setelah sadrah disergap penyamun
hingga kapan perempuanku hilang di gurun
by : zulkarnain siregar
buat perempuan pekerja tekun
korban penyamun di negeri seribu gurun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar