Senin, 13 Desember 2010

di halte kota

by Zulkarnain Siregar on Monday, December 13, 2010 at 10:07am

malam-malam sebelum rintik hujan ada terang seperti hendak mengecap bayang-bayang

hening jalan yang sepi di bawah cahaya mercuri dan jutaan bata yang tersusun rapi jadi

tembok-tembok tinggi memoles kota lalu keangkuhannya menandu keranda kubur buat

dirinya lagi dalam kedalaman kubangan air menganga,rintik hujan berbaris bagai gores lukis

berebut memecah penjuru senyap dengan irama genderang bertalu-talu, mulai meriuh rusuh

dedahkan nada yang berseteru dari sudut trotoar yang pernah sembunyikan laku laki telat

nyali pada lukisan kanvas tanpa kuas tinggalkan lelaki setengah baya di lampu merah, tiada

sepotong kata yang kuyub diguyur gemerlap hingga lupakan rupa dari muka yang tak beda

apa yang tinggal di setiap sudut kota,

sebuah tanda-tanda yang pernah ada,

yang menjadi perekat majemuk warga

yang tak pernah luput gemerlap gaya,

hampir tak dijaga oleh ritus-ritus cara

karena kota sudah tak berasa apa-apa

karena kota tak rasa pilu tunabudaya

tak pernah mau tahu apa yang beda

kota telah lama mengubur tanda-tanda bahwa dia ada dalam segenap jiwa bahkan raga untuk lelaki setengah

baya yang setia menunggu di lampu merah tanpa sepotong kata yang lupa adab dan cara merekam tingkah kita

kota telah lama tiada

entah siapa

yang menemukannya

walau hanya puing-puing

jua

by : Zulkarnain Siregar

pukul 23.40.

rekaman : 11122010

Tidak ada komentar: