malam-malam sebelum rintik hujan ada terang seperti hendak mengecap bayang-bayang
hening jalan yang sepi di bawah cahaya mercuri dan jutaan bata yang tersusun rapi jadi
tembok-tembok tinggi memoles kota lalu keangkuhannya menandu keranda kubur buat
dirinya lagi dalam kedalaman kubangan air menganga,rintik hujan berbaris bagai gores lukis
berebut memecah penjuru senyap dengan irama genderang bertalu-talu, mulai meriuh rusuh
dedahkan nada yang berseteru dari sudut trotoar yang pernah sembunyikan laku laki telat
nyali pada lukisan kanvas tanpa kuas tinggalkan lelaki setengah baya di lampu merah, tiada
sepotong kata yang kuyub diguyur gemerlap hingga lupakan rupa dari muka yang tak beda
apa yang tinggal di setiap sudut kota,
sebuah tanda-tanda yang pernah ada,
yang menjadi perekat majemuk warga
yang tak pernah luput gemerlap gaya,
hampir tak dijaga oleh ritus-ritus cara
karena kota sudah tak berasa apa-apa
karena kota tak rasa pilu tunabudaya
tak pernah mau tahu apa yang beda
kota telah lama mengubur tanda-tanda bahwa dia ada dalam segenap jiwa bahkan raga untuk lelaki setengah
baya yang setia menunggu di lampu merah tanpa sepotong kata yang lupa adab dan cara merekam tingkah kita
kota telah lama tiada
entah siapa
yang menemukannya
walau hanya puing-puing
jua
by : Zulkarnain Siregar
pukul 23.40.
rekaman : 11122010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar