apa yang ingin kukatakan pungguk
tatkala malam-malam kujelajahi semua bukit , tak kulihat lagi ada pohon
pohon tempat kauhinggap, kepakkan sayap, berpindah dari satu dahan
ke dahan lain sembari menunggu cahaya mataku dari celah-celah daun
yang mengintip. kadang kau tersenyum karena cerdikmu berlindung di
setiap ranting berdaun lebat, lalu melongok lagi dan mencari-cari tubuh
bugilku dalam ranjang kerinduanmu.
apa yang ingin kukatakan pungguk
tatkala malam-malam kujelajahi setiap pinggiran sungai, kulihat banyak
pohon-pohon telah menjadi bangkai hanyut terapung, berpindah dari
hutan-hutan tempat kau tetaskan anak berpinak lalu terbangkan beribu
pungguk menjaga malam bersama cahaya mataku nan jelita yang selalu
kautunggu-tunggu hingga kau lelap dalam peraduanmu
apa yang ingin kukatakan pungguk
lama aku tak lagi melihatmu,
bagaimana hasrat tumbuh merindu pilu di balik
dahan rendah berdaun lebat kau bercumbu dengan cahayaku,berpeluk
erat pada impianmu sambil bersiul di malam-malam dingin dalam bening
raut wajahmu yang dulu itu.
apa yang ingin kukatakan pungguk
lama aku tak lagi menyapamu,
bagaimana kau selalu bertutur di celah celotehmu yang terlalu tinggi
penuh cercaan yang melekat dalam dirimu, seperti cerita orang-orang sinis
lalu dan pergi tinggalkan dirimu begitu, busungkan dada tegakkan kepala
seolah-olah "pungguk merindukan bulan" sebuah cerita yang sia-sia tanpa apa dibaliknya
apa yang ingin kukatakan pungguk
lama aku telah mencarimu, kemana-mana. bahkan kucari lagi dalamrak-rak buku
dan cerita-cerita lama yang penuh tualang dari rimba ke rimba dan hutan-hutan masih hijau
dimana-mana.bukit-bukit masih bernafas segar dan angin sejuk merasuk tubuh dalam buana
tapi kini kulihat jasadmu cuma ada di bangku sekolah masih dalam gaya lama, dihapal dan diuji
seperti biasa. tak dipahami arti dan dialektika bahasa arti sinis seperti dahulu kala, merindu
adalah sebuah kesia-siaan. padahal kini aku merindumu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar