Jumat, 17 Desember 2010

bulan merindu pungguk

by Zulkarnain Siregar on Friday, December 17, 2010 at 7:51pm
Your changes have been saved.

apa yang ingin kukatakan pungguk

tatkala malam-malam kujelajahi semua bukit , tak kulihat lagi ada pohon

pohon tempat kauhinggap, kepakkan sayap, berpindah dari satu dahan

ke dahan lain sembari menunggu cahaya mataku dari celah-celah daun

yang mengintip. kadang kau tersenyum karena cerdikmu berlindung di

setiap ranting berdaun lebat, lalu melongok lagi dan mencari-cari tubuh

bugilku dalam ranjang kerinduanmu.

apa yang ingin kukatakan pungguk

tatkala malam-malam kujelajahi setiap pinggiran sungai, kulihat banyak

pohon-pohon telah menjadi bangkai hanyut terapung, berpindah dari

hutan-hutan tempat kau tetaskan anak berpinak lalu terbangkan beribu

pungguk menjaga malam bersama cahaya mataku nan jelita yang selalu

kautunggu-tunggu hingga kau lelap dalam peraduanmu

apa yang ingin kukatakan pungguk

lama aku tak lagi melihatmu,

bagaimana hasrat tumbuh merindu pilu di balik

dahan rendah berdaun lebat kau bercumbu dengan cahayaku,berpeluk

erat pada impianmu sambil bersiul di malam-malam dingin dalam bening

raut wajahmu yang dulu itu.

apa yang ingin kukatakan pungguk

lama aku tak lagi menyapamu,

bagaimana kau selalu bertutur di celah celotehmu yang terlalu tinggi

penuh cercaan yang melekat dalam dirimu, seperti cerita orang-orang sinis

lalu dan pergi tinggalkan dirimu begitu, busungkan dada tegakkan kepala

seolah-olah "pungguk merindukan bulan" sebuah cerita yang sia-sia tanpa apa dibaliknya

apa yang ingin kukatakan pungguk

lama aku telah mencarimu, kemana-mana. bahkan kucari lagi dalamrak-rak buku

dan cerita-cerita lama yang penuh tualang dari rimba ke rimba dan hutan-hutan masih hijau

dimana-mana.bukit-bukit masih bernafas segar dan angin sejuk merasuk tubuh dalam buana

tapi kini kulihat jasadmu cuma ada di bangku sekolah masih dalam gaya lama, dihapal dan diuji

seperti biasa. tak dipahami arti dan dialektika bahasa arti sinis seperti dahulu kala, merindu

adalah sebuah kesia-siaan. padahal kini aku merindumu

Tidak ada komentar: