raut wajah bulat bulan malam
bergincu merah penanda rusuk tayu
pada setiap dedaun di sepanjang randu
yang menudung setiap jemari jalan separuh berbatu
ada asa yang tertunggu
pada waktu melumat ragu
membuat ku tak jua mampu
tuk lagi menjadi begitu haru biru
waktu pun melulu ke dadu
berlalu ke jalan yang buntu
hingga ke pantai wetu
berkisah keluh
dari kembang itu ada wajah yang tak lagi
mampu merawat malu di setiap jalan tak berbatu
bersimpuh riuh pada ranting randu
di kanan kiri yang berbilur baur
dalam birunya rindu
melulur kultur
tak jua berlalu
By: Zulkarnain Siregar
18 Mei 2001 catatan perjalanan sabtu-minggu
di desa gunung berbatu, tayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar