Kamis, 20 Mei 2010

akulah dinding lipatan ombak petang di bibir Parangtritis

"......................hm"

"yang penting tak usahlah berbohong...?"

kuingat itu ,....Ut.!

sebuah katarsis
dari perjalanan Bantul - Parangtritis
di atas sepeda motor besar
yang membawa badan besar
kita berdua

kau bercerita
tentang jawa
yang ada di kiri kanan
juga tentang itu jalan

dari prawirotaman kau jemput aku
lalui debat-debat yang jernihkan mataku
pada siku-siku dinding batu di sepanjang waktu

sebab
melulu begitu dibaluti lapis kasta yang dulu

namun, lain dengan dulu

ketika kau bercerita tentang lipatan ombak
yang berlapis-lapis meninggi bak dinding kristal
mengejar-kejar asa itu lalu pecah bersama pelukis alam
yang tak bergelar di bibir pantai , entah mendekat ketika
di atas kereta berkuda menunggu senja

ada senandung yang staccata
yang amat terasa tatkala
sampiran itu menjadi nyata
tentang dekilnya para pemilik sastra
yang bertudung kasta
bersemayam di langit-langit gajahmada

di ufuk barat tampaknya mentari enggan
cuma secuil meniris di sudut peraduan
begitu tak enggan jua melukis rawan
dalam legenda mistis ratu pantai selatan

ada jenggala yang sedikit menghijau
rindang di punggung bukit ,
memerah ditiris cahaya mentari
ketika ceramah ombak membayang semua sisi
langit yang di balut selendang mitologi


"...tak usahlah berbohong !"


pada samudera yang menjejal ombak
hingga landai pantai yang bertapal
mengisah yogya antara sleman dan bantul


sebab, rindu terjalnya ombak yang meninggi
bak dinding kristal , mengental, lalu sangsi
ketika pantai mengecup ombak
dan memeluk tubuhnya


akulah dinding lipatan ombak petang di bibir parangtritis





bY: zulkarnain siregar
catatan perjalanan IV bersama saut situmorang
petang selasa berdua di bawa kereta berkuda
18052010

Tidak ada komentar: