Tra la la di ding..di ding
lenting...
desau ranting
langit baring
menyiang saing
dahan keriting
siang yang garing
kemarau kering
lagu anak penyuling
gembala kambing
di padang rumput
bertebing
kuning gading-gading
lengking suling
di ayun-ayun angin
mengalun nyaring
sesap lesap hening
taring-taring digiring
ranting melengking
siang berdenging
tarian ranting
datang menyeling
merapal tangling
angin kering
di padang rumput
tra la la di ding di ding
siapa berpaling
senyum menyungging
kemarau kering
ranting ditatingtating
waktu tersangkut
dijaringjaring tebing
siang garing
mengring lenting
suara-suara ranting
kering melengking
lentera bias jingga
selembuyah, dairi 23 Mei 2013
Kamis, 30 Mei 2013
sajak n
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Thursday, May 30, 2013 at 12:06am
sedu sedan
hujan,
tak tertahan..
basah jalanjalan
menyepuh
menyepuh
malam sepekan
ranting berjatuhan
langit gelap diselimut awan
bulan tak jadi rupawan
kelopak bunga dan dedaunan
tertelan dahan
langit tak heran
ada yang melukis hujan
pada kanvas tiruan
menampung malam dalam cawan
segi perdelapan
-----
len
te
ra
bias jingga
te
ra
bias jingga
little sun
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Tuesday, May 28, 2013 at 10:23am
sebuah sudut
jalan kota
pagi mengintip
celahcelah jendela
matahari tiada
dari meja bale
kayu tua
secangkir kopi hangat
mulai dicicip rasa
dingin kota
pagi datang
tinggal sehari
sendiri menebar sepi
hingga ke sudut-sudut
kota ini, tetapi..
dari meja bale
kayu tua
nasi uduk
telur mata sapi
buat sarapan pagi
nanti
matahari kecil
memancar sinar
pagi membakar
roda kaki
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Saturday, May 25, 2013 at 10:13pm
jemput pagi
dengan kereta ini
mesin di kaki
mengayuh pedal
laju dan pasti
rodaroda menyusuri
aspal pagi yang sexy
hangat menjalar sendi
keringat mengalir ke kaki
jemput pagi
aspal pagi yang sexy
hangat menjalar sendi
keringat mengalir ke kaki
jemput pagi
dengan kereta ini
perempuan hampir
di vonis mati
sebab kanker
menyerang hati
sanasini tak lagi
mungkin dinanti
di vonis mati
sebab kanker
menyerang hati
sanasini tak lagi
mungkin dinanti
hidup sekali
sangat berarti
jemput pagi
dengan kereta ini
mesin di kaki
mesin di kaki
mengayuh pedal
laju dan pasti
laju dan pasti
perempuan ini
mengayuh roda tak henti-henti
keliling negeri menepati janji
hidup hari ini terus diisi
keliling negeri menepati janji
hidup hari ini terus diisi
roda-roda menyusuri
aspal pagi yang sexy
aspal pagi yang sexy
kanker tak lagi
ingin meradang sendi
hidup sekali sangat berarti
sasa, perempuan sejati
keliling negeri roda dikayuh kaki
jemput pagi dengan kereta ini
hidup sekali sangat berarti
sasa, perempuan sejati
keliling negeri roda dikayuh kaki
jemput pagi dengan kereta ini
sajak buat : Sasa
perempuan biker sejati
divonis kanker
perempuan biker sejati
divonis kanker
19 tahun bersepeda tak lagi jadi , hidup sekali memang sangat berarti
nas_wa
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Sunday, May 26, 2013 at 5:06pm
seperti tak lelah
engkau melangkah
menjemput angan
bermain semata
sembari...
mengumbar tawa
bergegas lincah
berlari ke sana
mengurung rasa
dari gundah gulana
lepas bebas
di taman asa
kalau kau tertawa
ingin aku bercerita
tentang pohonpohon tua
dan burungburung dara
lepas bebas
mencari teman di angkasa
memang saatnya opa
ingin memanja nas_wa
di tamantaman kota
bermain ayunan
dan perosotan, masih ada
agar kelak kau akan bercerita
kota ini punya anak seusia saya
bukan orang-orang dewasa saja
lentera bias jingga
lokasi : taman beringin
depan rumah gubsu
medan, 26 mei 2013
dari jendela apartemen tua
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Tuesday, May 21, 2013 at 1:59pm
siang ini
langit melukis
garis-garis kristal tiris
seperti hujan
ia lalu menemukan
tubuhnya tertampung
helai daun
menetas tetes
dari selokan talang
serambi depan
awal gerimis itu
ia bersimbah garis
tirai-tirai tipis
nan awan berbaris-baris
gerimis menipis
hujan melukis hari
dalam rindu tak berbagi
dari jendela apartemen tua
ada desah nafas yang menghela
seperti hujan
ia memecah awan
dari kesendirian di langit siang
membasahi jalan
menyepuh dedaunan
ranting dan dahan
siang ini
langit melukis
garis garis kristal tiris
seperti hujan
siang,21 mei 2013
lentera bias jingga
sajak pendek
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Sunday, May 19, 2013 at 11:51pm
ada yang ingin
kutaburkan
pada tiga perempuan
istri, anak dan cucuku : kasih
sebab ...
cuma itu yang menolong hidup
dari kebencian dan nestapa
dari kebencian dan nestapa
lentera bias jingga
malam ini, 19 mei 2013
malam ini, 19 mei 2013
Danau Toba
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Friday, May 17, 2013 at 3:20pm
yang kutulis ini
rasa malu yang menyala
bukan puisi bukan kata-kata
namun jiwa yang disepuh
tetesan sejuk air danau toba
sebab indah di puisi
orang-orang tak percaya
apalagi mengerti makna
bahwa danau penuh keramba
orang-orang tak percaya
apalagi mengerti makna
bahwa danau penuh keramba
sebab lugas di kata-kata
pun tak juga membuka mata
mengapa kita membiarkan toba
merana, hidup sebatang kara
pun tak juga membuka mata
mengapa kita membiarkan toba
merana, hidup sebatang kara
sepertinya kita ingin mengulang luka
danau indah dikitari cemara-cemara
menyuara semesta kehidupan toba
batubatu,tanda sejarahtua ada disana
danau indah dikitari cemara-cemara
menyuara semesta kehidupan toba
batubatu,tanda sejarahtua ada disana
yang kutulis ini
cuma rasa malu saja
bukan puisi bukan kata-kata
sebab kalaulah toba hilang dari peta
dosa apa jiwa-jiwa yang disepuh
tetesan sejuk air danau toba
cuma rasa malu saja
bukan puisi bukan kata-kata
sebab kalaulah toba hilang dari peta
dosa apa jiwa-jiwa yang disepuh
tetesan sejuk air danau toba
lentera bias jingga
17 Mei 2013
17 Mei 2013
Selasa, 14 Mei 2013
Pedati Hati
lentera bias jingga
dari lelaki sejati pekerja sehari
medio mei 2013
ia lelaki sejati
tak mengerti basabasi
banyak di negeri ini
kerja lepas makan sehari
kalau bbm naik tinggi
ya..lelaki ini tetap beginibegini
tak mengerti negeri yang wara wiri
apalagi kerja orang-orang berdasi
tapi hidup bisa berhenti
bila tenaga tak dipakai lagi
ia lelaki sejati
terus mencari sesuap sehari
tak bisa lebih,tapi yang pasti
kurang untuk makan sore nanti
mulut anak bini setia menanti
kerja sehari tak dapat dibagi-bagi
ini lelaki sejati
milik ini negeri
kerja sehari pantang mencuri
ada harga diri walau cuma sesuap nasi
menjaga hati dari culas dan iri
tak mengerti basabasi
banyak di negeri ini
kerja lepas makan sehari
kalau bbm naik tinggi
ya..lelaki ini tetap beginibegini
tak mengerti negeri yang wara wiri
apalagi kerja orang-orang berdasi
tapi hidup bisa berhenti
bila tenaga tak dipakai lagi
ia lelaki sejati
terus mencari sesuap sehari
tak bisa lebih,tapi yang pasti
kurang untuk makan sore nanti
mulut anak bini setia menanti
kerja sehari tak dapat dibagi-bagi
ini lelaki sejati
milik ini negeri
kerja sehari pantang mencuri
ada harga diri walau cuma sesuap nasi
menjaga hati dari culas dan iri
lentera bias jingga
dari lelaki sejati pekerja sehari
medio mei 2013
catatan sebuah pagi
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Tuesday, May 14, 2013 at 8:53am
katakan pada pagi
bakar ubunubun
dengan terik matahari
campakkan
lelaki di jalanjalan sendiri
hidup tak juga berarti
ia pergi berjalan kaki
mencaricari ambisi
keliling negeri tak hirau hari
hingga lupa diri
mulut-mulut menganga
tak tahu kapan diisi
terbakar hati karena janji
kaji tinggi jalanjalan ilahi
lupa diri hidup sehari
sesuap nasi belum terpenuhi
anak bini terus menanti
mencari rezeki tak semesti
ada lelaki hidup baik sendiri
tinggi kaji hilang nurani
jalan mati tetap menanti
bukannya jalan para sufi
mungkin pilihan Ajo Sidi
tokoh Robohnya Surau Kami
lentera bias jingga
15 Mei 2013
elang laut 2
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Monday, May 13, 2013 at 12:51am
terbang-terbanglah
elang sayang
pulang ke laut
nantikan angin barat
yang membawa ke samudera lepas
terbang-terbanglah
elang sayang
pulang ke sarang
sebentar lagi langit petang
rantai di kaki telah kuregang
terbang-terbanglah
elang sayang
selamat tinggal orang-orang
yang mengekang hidupmu
takpernah bersulang
dengan alam yang riang
terbang-terbanglah
elang sayang
rinduku telah datang
melihat kau terbang
bebas ke langit
yang sebentar lagi akan petang
terbang-terbanglah
elang sayang
cincin di kaki itu
bukan tak dapat kuregang
karena orang-orang begitu malang
membuat kau di pajang-pajang
bukan karena rasa sayang
terbang-terbanglah
elang sayang
pulang kembali ke sarang
laut tempat berjuang
hiduplepas dari sangkar buatan orang
terbang-terbanglah
elang sayang
kepakmu lapang
mengayun di awang-awang
tak hilang karena tangan-tangan lancang
lentera bias jingga
sajak : buat elang laut
elang sayang
pulang ke laut
nantikan angin barat
yang membawa ke samudera lepas
terbang-terbanglah
elang sayang
pulang ke sarang
sebentar lagi langit petang
rantai di kaki telah kuregang
terbang-terbanglah
elang sayang
selamat tinggal orang-orang
yang mengekang hidupmu
takpernah bersulang
dengan alam yang riang
terbang-terbanglah
elang sayang
rinduku telah datang
melihat kau terbang
bebas ke langit
yang sebentar lagi akan petang
terbang-terbanglah
elang sayang
cincin di kaki itu
bukan tak dapat kuregang
karena orang-orang begitu malang
membuat kau di pajang-pajang
bukan karena rasa sayang
terbang-terbanglah
elang sayang
pulang kembali ke sarang
laut tempat berjuang
hiduplepas dari sangkar buatan orang
terbang-terbanglah
elang sayang
kepakmu lapang
mengayun di awang-awang
tak hilang karena tangan-tangan lancang
lentera bias jingga
sajak : buat elang laut
melepas rantai kekang tangantangan lancang
yang 'memutus rantai' kehidupan elang dari alam
dipajangpajang orang-orang malang
dipajangpajang orang-orang malang
yang kehilangan nurani keseimbangan
akila
kutunggu dikau buah hati
dalam rahim ibumu, akila
menemani malammalamku
menari dengan puisi
menemani malammalamku
berdendang dengan narasi
dari Tagore hingga Rumi
di suluksuluk rawi sampai sufi
menggali imaji
yang tak pernah berhenti
janji lariklarik puisi
yang membuka semesta hati
sembilan purnama
kunanti tangistangis menghiasi
kuntumwangi di kamar ini, akila
sambil menyeruput segelas kopi
kubawa rindu berpindah ke meja serambi
menulis purnama yang tak ingkar janji
hm...
kini kau telah puisi
yang terus mengilhami
lariklarik hari setiap aku berangkat pagi
dalam rahim ibumu, akila
menemani malammalamku
menari dengan puisi
menemani malammalamku
berdendang dengan narasi
dari Tagore hingga Rumi
di suluksuluk rawi sampai sufi
menggali imaji
yang tak pernah berhenti
janji lariklarik puisi
yang membuka semesta hati
sembilan purnama
kunanti tangistangis menghiasi
kuntumwangi di kamar ini, akila
sambil menyeruput segelas kopi
kubawa rindu berpindah ke meja serambi
menulis purnama yang tak ingkar janji
hm...
kini kau telah puisi
yang terus mengilhami
lariklarik hari setiap aku berangkat pagi
Senin, 06 Mei 2013
mainkan kakimu, anakku
sepak...
sepaklah bola itu
agar kakimu
lentur tak kaku
esok lusa kau tak ragu
hidup tak selalu menunggu
sepak...
sepaklah bola itu
selagi lapangan
belum laku
gedung-gedung batu
tegak berdiri kaku
bermainmu jadi terganggu
kesempatanmu raib satu-satu
sepak...
sepaklah bola itu
jangan ragu-ragu
kebebasan ada dalam dirimu
bola menggelinding ke kakiku
kau kepit dan kuoper padamu
tak perlu meniruniru
apa yang bisa kau laku
sebab kau akan tahu
senang itu ada setiap waktu
sepak...
sepaklah bola itu
walau taman, lapangan
dan kamarmu menunggu setiap waktu
kakimu yang lincah terus melaju
mengejar bola hingga keringat-keringat itu
membasahi baju
sepak...
sepaklah bola itu
rindu haru aku bersamamu
bermain bola tak kenal waktu
usiamu usiaku cuma ada di kalbu
esok lusa kau tahu
kebahagiaan itu adalah ilmu
lentera bias jingga
sepak...
sepaklah bola itu
agar kakimu
lentur tak kaku
esok lusa kau tak ragu
hidup tak selalu menunggu
sepak...
sepaklah bola itu
selagi lapangan
belum laku
gedung-gedung batu
tegak berdiri kaku
bermainmu jadi terganggu
kesempatanmu raib satu-satu
sepak...
sepaklah bola itu
jangan ragu-ragu
kebebasan ada dalam dirimu
bola menggelinding ke kakiku
kau kepit dan kuoper padamu
tak perlu meniruniru
apa yang bisa kau laku
sebab kau akan tahu
senang itu ada setiap waktu
sepak...
sepaklah bola itu
walau taman, lapangan
dan kamarmu menunggu setiap waktu
kakimu yang lincah terus melaju
mengejar bola hingga keringat-keringat itu
membasahi baju
sepak...
sepaklah bola itu
rindu haru aku bersamamu
bermain bola tak kenal waktu
usiamu usiaku cuma ada di kalbu
esok lusa kau tahu
kebahagiaan itu adalah ilmu
lentera bias jingga
lelaki pencari janji
siapa yang tak ingin mengerti
menjadi sejati
memang bukan khayali
tapi jalan hidup
yang terus menginspirasi
untuk bergulat
dengan bukti
lelaki memang harus
seperti matahari
membakar hari-hari
dengan energi
tak hilang ditelan mimpi
tak berhenti sebab jargon revolusi
hidup memang sekali
bisa berarti sebelum mati
siapa yang tak ingin mengerti
menjadi sejati
memang bukan khayali
tapi jalan hidup
yang terus menginspirasi
untuk bergulat
dengan bukti
lelaki memang harus
seperti matahari
membakar hari-hari
dengan energi
tak hilang ditelan mimpi
tak berhenti sebab jargon revolusi
hidup memang sekali
bisa berarti sebelum mati
by: lentera bias jingga
25 april 2013
25 april 2013
sekuntum kembang
ingin kupetik
sari kembang
kutabur pada putik-putik setiap kuncup di taman
kumbang datang
hasrat bersulang
rerumputan mendendang
sembari menembang
syair-syair hujan yang hilang
memanggil pulang
tetes embun kasih sayang
dedaun dan batang
kumbang terbang
mengitari kembang
ketika petang akan meminang
kuncup-kuncup mulai mengembang
kembang tersenyum riang
kumbang tak lagi melajang
terbang..
terbang..
pulang ke sarang
lentera bias jingga
04052013
sumber : lukisan Putri Putri Chiby Chiby
ingin kupetik
sari kembang
kutabur pada putik-putik setiap kuncup di taman
kumbang datang
hasrat bersulang
rerumputan mendendang
sembari menembang
syair-syair hujan yang hilang
memanggil pulang
tetes embun kasih sayang
dedaun dan batang
kumbang terbang
mengitari kembang
ketika petang akan meminang
kuncup-kuncup mulai mengembang
kembang tersenyum riang
kumbang tak lagi melajang
terbang..
terbang..
pulang ke sarang
lentera bias jingga
04052013
sumber : lukisan Putri Putri Chiby Chiby
pulang
mereka ulang teks visual sebuah lukisan jadi teks verbal sajak "Pulang" . Lukisan Karya : Putri Chiby Chiby
—
menari-nari
kepak itu
dalam senandung petang
di atas belukar pilin batang ilalang
merindu tanah tempat pulang
jelang petang langit berselendang
senang beriang-riang kasih sayang
bangau terbang serendah alang-alang
kepak itu
dalam senandung petang
di atas belukar pilin batang ilalang
merindu tanah tempat pulang
jelang petang langit berselendang
senang beriang-riang kasih sayang
bangau terbang serendah alang-alang
cahaya mentari di belakang
terbayang-bayang
menerpa ilalang di selasar pematang
bangau berdiang padang terhalang
malam datang mengintip di balik alang
terbayang-bayang
menerpa ilalang di selasar pematang
bangau berdiang padang terhalang
malam datang mengintip di balik alang
by : lentera bias jingga
2 mei 2013
2 mei 2013
lelaki di pentas Maxi
ya, dia... lelaki ini
membacakan puisi
dari tubuh pagi
menguap wangi-wangi
nafas dalam larik semesta hari
tak hilang karena api
tak remuk karena janji
tak retak kartena besi
langit menjadi saksi
setiap kata adalah hati
laut adalah janji
setiap tetes menjadi imaji
di pentas maxi
lalu memecah jadi bunyi
di bumi, walau sunyi
menjadi sahabat sejati
dia lelaki
yang menyulam bunyi
jadi berarti
mendendang hati
jadi larik-larik puisi
ketika kembang mulai tak mewangi
sunyi menyimpan arti
buat penyair dan musisi
buat pejalan kaki dan penari
buat lelaki yang menyalin tradisi
jadi raga-wacana-suara tetap harmoni
ya, dia... lelaki ini
membacakan puisi
dari tubuh pagi
menguap wangi-wangi
nafas dalam larik semesta hari
tak hilang karena api
tak remuk karena janji
tak retak kartena besi
langit menjadi saksi
setiap kata adalah hati
laut adalah janji
setiap tetes menjadi imaji
di pentas maxi
lalu memecah jadi bunyi
di bumi, walau sunyi
menjadi sahabat sejati
dia lelaki
yang menyulam bunyi
jadi berarti
mendendang hati
jadi larik-larik puisi
ketika kembang mulai tak mewangi
sunyi menyimpan arti
buat penyair dan musisi
buat pejalan kaki dan penari
buat lelaki yang menyalin tradisi
jadi raga-wacana-suara tetap harmoni
lentera bias jingga
empatmeiduaributigabelas
just 4 mja nashir. kawan sejati pekalongan
empatmeiduaributigabelas
just 4 mja nashir. kawan sejati pekalongan
sengketa semu
refleksi buat kaum akademisi
di atas kitab-kitab itu
kita jadi susah bertemu
padahal ilmu bukan untuk berseteru
di atas kitab-kitab itu
kita enggan menyatu
padahal filsafat awal semua itu
di atas kitab-kitab itu
kita menipu hakikat ilmu
sebab sepertinya kita merasa mampu
di atas kitab-kitab itu
aku tak terlalu ingin meniru
apa yang dilaku empuempu pembuku
kita jadi susah bertemu
padahal ilmu bukan untuk berseteru
di atas kitab-kitab itu
kita enggan menyatu
padahal filsafat awal semua itu
di atas kitab-kitab itu
kita menipu hakikat ilmu
sebab sepertinya kita merasa mampu
di atas kitab-kitab itu
aku tak terlalu ingin meniru
apa yang dilaku empuempu pembuku
sajak itu
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Wednesday, May 1, 2013 at 1:23pm
langit lengang membiru
awan berarak menyaru
menubuh risau jadibatu
memecah pilu jadirindu
eru melentiklentik dungu
diiring senandung sendu
randurandu turut meniru
irama bayu laun membisu
laut biru angin memburu
biduk melaju ke ujung batu
menanti waktu jalan berliku
hidup tak tentu takkan dituju
lelaki tayu menyiapkan tugu
dari randurandu bukit berbatu
sipu perawan berpagarayu
tak menyaru hidup bergincu
menjulang silang gunung batu
bersenandung lagulagu rindu
pemecah ragu di padang buru
mengisi saku waktu barpacu
lalu batu tayu datang menunggu
hidup berbirubiru tak lagi haru
harap satu tak berkalang waktu
menjaga ibu cucuran air susu
huluhulu rumpunan bambu
melabuh rindu ingin dirayu
melabuh rindu ingin dirayu
biar pilu merambu jujur bisu
hidup berpangku siapa mau
hidup berpangku siapa mau
sinergi u-u-u-u
potensi haru biru
potensi haru biru
by: lentera bias jingga
puisi petani
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Monday, April 29, 2013 at 10:28am
bau dingin
menyeruak pagi
menikmati embun jatuh ke bumi
di sudut selasar meja bersegi
ada lelaki menulis puisi
bunga-bunga kopi sedang bersemi
di bawah rindang pohon mahoni
ia lelaki ditemani istri
memulai hari-hari dengan puisi
menyeruak pagi
menikmati embun jatuh ke bumi
di sudut selasar meja bersegi
ada lelaki menulis puisi
bunga-bunga kopi sedang bersemi
di bawah rindang pohon mahoni
ia lelaki ditemani istri
memulai hari-hari dengan puisi
cerita tentang petani di kaki merapi
lalu ia menuliskan padi-padi
dari tandantandan setanggi
mulai menguning seriseri
lalu ia menuliskan padi-padi
dari tandantandan setanggi
mulai menguning seriseri
di setiap pematang hari
musim panen akan tiba lagi
musim panen akan tiba lagi
puisi-puisi mulai mewangi
ladang di bukit-bukit pagi
diselimuti kabut halus memutih lagi
dari selasar meja bersegi
lelaki itu melukis pagi dengan puisi
menanti panen padi datang lagi
ketika panen kopi jadi janji
lentera bias jingga
biaro-lasi, kaki merapi bukit tinggi
akhir desember doeariboedoeabelas
tik..tik..tik
by Lentera Bias Jingga (Notes) on Friday, April 26, 2013 at 11:19pm
hujan...
kirimkan aku air
buat membasah tinta
yang lama mengering
sebab akan kutulis tanda
tentang mata air
lama telah berhenti
sejak hutanhutan
dirambah setiap hari
kirimkan aku air
buat membasah tinta
yang lama mengering
sebab akan kutulis tanda
tentang mata air
lama telah berhenti
sejak hutanhutan
dirambah setiap hari
hujan...
kirimkan aku air
buat membasuh luka
yang terkena beling
biar kukutip koma
isyarat pada air
lama tak mengalir
sejak sungaisungai
dilimbah sampah berkali-kali
hujan...
kirimkan aku air
buat menyeka dahaga
yang lama terbaring
sebab akan kubalas makna
air-air perlu dijaga
sejak hutan telah tiada
bukit gundul dibiar saja
banjir melanda dibilang petaka
...........................................
lentera bias jingga
dalam moment Hari Bumi tahun ini
air yang kehilangan jatidiri
Langganan:
Postingan (Atom)