Pun kau manghalau burung dari dangau
ingat kau anggi dengan sepetak sawah
warisan ompung padaku di losung aek
dekat pertigaan jalan setapak menuju dolok
yang dirimbuni pohon hapea, haminjon di susur
pahae tempat rumah-rumah kampung
berkayu hitam dan coklat ketua-tuaan ?
ingat kau anggi letak sawah itu
tepat di tepi jalan berhadapan dengan
langgar kecil berdinding papan
tempat kau sering menyuci muka dari lelah
menanam eme di pematang yang bertingkat-tingkat itu?
ingat kau anggi bila tiba saatnya aku
sering terbangun tengah malam turun ke pematang
meronda air dari pancur , tetap mengairi sawah
agar pagi tak mengering hingga benih-benih melayu?
ada yang tak luput dalam ingatanku, tatkala
bulir-bulir eme mulai berisi , bernas hijau menguning
diterpa cahaya pagi yang terbit dari balik bukit itu
membuat segenap keluarga bahagia,
karena musim mamuro tiba
kisahkan canda mewarna suara ,
rentak dangau rupa siulan merdu mengayun
raga orang-orangan di banjaran pematang
halau burung-burung yang mencium harum padi
datang dari segenap penjuru arah mata angin
lalu aku raun mengayun talun-talun
menanti hingar suaramu yang mengalun
menghalau segenap burung yang berarak
meradang setiap pancang tegak terus bergoyang
lalu pergi menghilang ke gunung-gunung seberang
Ingat kau anggi, ketika pancang itu kau tarik
Lagu kaleng-kaleng kosong mengalun riuh rendah
Serempakan suaramu yang serak basah dari atas
Balai dangau bertiang bambu , beratap daun pelepah
Harambir yang tumbuh di pinggir-pinggir
Saba jae losung aek?
O …ale anggi rap ma hita lao mamuro
Oleh : Zulkarnain Siregar
saba jae : losung aek, simangumban
sebuah memoar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar