Senin, 22 November 2010

lao mamuro

Pun kau manghalau burung dari dangau


ingat kau anggi dengan sepetak sawah

warisan ompung padaku di losung aek

dekat pertigaan jalan setapak menuju dolok

yang dirimbuni pohon hapea, haminjon di susur

pahae tempat rumah-rumah kampung

berkayu hitam dan coklat ketua-tuaan ?


ingat kau anggi letak sawah itu

tepat di tepi jalan berhadapan dengan

langgar kecil berdinding papan

tempat kau sering menyuci muka dari lelah

menanam eme di pematang yang bertingkat-tingkat itu?


ingat kau anggi bila tiba saatnya aku

sering terbangun tengah malam turun ke pematang

meronda air dari pancur , tetap mengairi sawah

agar pagi tak mengering hingga benih-benih melayu?


ada yang tak luput dalam ingatanku, tatkala

bulir-bulir eme mulai berisi , bernas hijau menguning

diterpa cahaya pagi yang terbit dari balik bukit itu

membuat segenap keluarga bahagia,

karena musim mamuro tiba

kisahkan canda mewarna suara ,

rentak dangau rupa siulan merdu mengayun

raga orang-orangan di banjaran pematang

halau burung-burung yang mencium harum padi

datang dari segenap penjuru arah mata angin


lalu aku raun mengayun talun-talun

menanti hingar suaramu yang mengalun

menghalau segenap burung yang berarak

meradang setiap pancang tegak terus bergoyang

lalu pergi menghilang ke gunung-gunung seberang


Ingat kau anggi, ketika pancang itu kau tarik

Lagu kaleng-kaleng kosong mengalun riuh rendah

Serempakan suaramu yang serak basah dari atas

Balai dangau bertiang bambu , beratap daun pelepah

Harambir yang tumbuh di pinggir-pinggir

Saba jae losung aek?


O …ale anggi rap ma hita lao mamuro


Oleh : Zulkarnain Siregar

saba jae : losung aek, simangumban

sebuah memoar

Tidak ada komentar: