angin laut bawakan biduk
melaju di dendang ombak
arungi petang merangkak
hingga dermaga berjejak
pun sempat kukecup deru angin yang ingatkan aku pada seorang gadis belia putri melayu jelata
bersahaja, bukan keturunan raja, pandai berpantun dan merawat kata agar hati sesiapa tak jadi
cela.konon rayu tak memilih sesiapa untuk menyapa lewat helai-helai kata yang mengalun lembut
dari bibir angin laut di sepanjang petang jelang malam.
pun sempat kuhela dendang ombak yang membawa biduk hingga dermaga, tatkala senja ingin sua
terbayang di benak segala laku yang memesona kala belia tersenyum seadanya tanpa direka-reka
raga siapa yang tak menanti nyana? ia berbaju kurung dan berselendang rupa tanpa polesan warna
kayak menyala-nyala diantara gadis putri melayu sama jelata.
pun kusampaikan pada laut yang menghadang setiap jengkal rinduku tentang harum rambutmu yang
hitam panjang sebahu dari haluan biduk ini sebelum angin membawaku ke tepi. sebelum biduk merapat
ke dermaga. lalu kutuliskan juga puisi seadanya pada sekuntum seroja yang pernah kau letakkan dekat
jambangan di meja kamar kita berdua. saat kau inginkan agar setiap kata jadi bermakna.
lalu biduk merapat ke dermaga
menambat tali pada penyangga
membuka helai demi helai cerita
jalin makna melayu tak berkasta
itu awal bahasa cerminan bangsa
by : zulkarnain siregar
awal nopember 2010
buat siape saja ingin menyape
Tidak ada komentar:
Posting Komentar