ada perempuan pencari wajah
berdiri dekat tiang depan beranda
tak seperti malam-malam sebelumnya
duduk bersama sambil bercengkrama
di antara para lelaki separo baya
diam-diam lalu memotret isi malam
yang tak begitu menyisakan rintik
hujan untuk mereda agak sejenak
biar waktu mencari-cari wajah
para lelaki yang dinanti datang
di sudut meja sayap kanan
vendor kopi tiam itu
tepat 20.30
siapa yang mengirim ia pada jendela
malam yang ditemani hujan rintik
membasahi jalan aspal hitam di sana
walau sakwa berkelebat entah apa
prasangka di kepala tatkala kamera
menuju sasar wajah siapa lelaki
pemimpi yang tiba dari surga
penakluk inspirasi kata-kata
seketika itu juga
tak dinyana mata tajam
menyala penuh tanda tanya
lantas berkata :
"entah gerangan apa?"
mungkin hujan menitipkan ia untuk
menghitung-hitung tanda petang itu
lewat lelaki paling sudut di meja kedua
jadikan tempat ia memulai cerita
tentang romantika warisan sejarah
yang jadi ornamen kota
yang tersisa dari masa lalu
dalam kenangan penuh makna
tak selalu tertera pada kamera
pencari wajah
walau blitz itu menyala-nyala
ia takkan menyapa-apa
siapa lelaki di kamera merah
yang diambilnya baru saja
karena cuma imaji belaka
lelaki itu bukan yang dicari
lelaki itu tak juga pemilik wajah
namun ia begitu percaya
ia lelaki yang menuliskan
tentang perempuan pencari wajah
dengan kamera handphone berwarna merah
dari setiap kata, pada jejak malam bermakna
melalui sajak sedikit bercerita
dinihari 02.35 WIB, 10 Nopember 2010
di buat oleh : zulkarnain siregar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar