Jumat, 07 Januari 2011

merajut petaka, alam murka

by Zulkarnain Siregar on Friday, January 7, 2011 at 8:48pm

acapkali kau datang lampiaskan murka

menyeret aku ke lubuk-lubuk bencana

tak beri aku sedetik pun bernafas, meluluh

sekujur tubuh hingga lantak tak lagi tegak

dalam sekejap mata, sirnakan asa sekian masa

menggumpal di dada lumpuh tak berdaya.

apa dustaku padamu? kayu kurambah dari

ranting-ranting berpenghuni hingga batang

gelondongan yang bisu. tak pernah kupeduli

kuambil seribu, lalu kutanam satu, hari demi

hari lewati sungai-sungai yang tak lagi bertepi

lalu kujual dengan upeti agar bukit-bukit mati

suri sendiri, tanpa ara, jelutung, pinus, drini

tarbantin, pelangi dan trembesi yang menjaga

leluhur bumi menyatu dalam darah suaka satwa

lalu hulu pun silang sengketa, sisakan lelah tak

berdaya, satwa-satwa satu -satu tinggal nama

pada peta dan pelajaran bumi nusantara. kemana

harimau sumatera penjaga rimba? tiada taring

atau sudah berganti jadi mamalia kota, ingin

menerkam raga orang-orang tak berdaya tinggal

dikali-kali bencana yang dikirim dari hulu-hulu itu

entah mengapa kau tak merasa apa-apa

pada rimba-rimba yang pernah ada.

padahal seisi sakumu hingga istana

kaugali dari bukit-bukit di hulu sana,

melimpah ruah tujuh keturunan masa

masih juga bersisa, hingga kemana-mana

persis seperti air yang meluap-luap itu,

kaukata sebab hujan semata tak ada apa

apa yang terdengar dari berita, selepas

cerita dari mata ke mata bersama kolega

sembari minum kopi , sarapan roti mentega

lantas kalau datang bencana mau bilang apa?

by : zulkarnain siregar

Tidak ada komentar: