kuhirup harummu malam yang menebar ke sela-sela jendela kamar tidur yang telah kau pasangkan gordin ungu berenda hijau warna kesukaan.lalu kau petikkan kuntum cempaka beserta helai daun mudanya di jambangan meja kecil di sudut kamar tempat kau selalu menyulam sapu tangan berwarna lembayung sembari menunggu aku ketika bulan belum meninggi.sesaat kugapai lengan lembutmu yang selalu menadah tulus menanti waktu selalu merayu untuk pergi bersama kelam yang mendendang tembang menunggu
lelap tiada begitu panjang, entah
dalam janji yang tak biasa
kepada gumamku lirih:
" oh..malam!”
detak-detik jam yang tergantung di atas kosen pintu kamar ,berisyarat dengan suara merdu memesona keheningan tubuh malam yang terbalut sutera putih, lembut nan halus, lalu ingin membisikkan asa pada setiap sisa ruang ventilasi yang membuat aku terus ingin menghirup harummu malam yang menyebar ke setiap relung hati perawan dalam bejana pualam tempat segala cahaya menepi
warna
raga
rasa
kata
mula
asal
kita
jadi
sejati
dalam
hari
hari yang
akan
terhenti
lalu bulan menitip cerita malam pada seorang aku yang tengadah mencari tuhan dalam setiap garisgaris yang terpantul lewat jambangan kaca tempat putik-putik puspa cempaka menghias kamar rupa oleh sesiapa melahirkan anak-anak kata dari desah ranjang hangat
pabila
selimut
kelam
nanti
dini
menyapa
masa
memang malam terus merona dalam harum tubuh putik-putik cempaka
by : zulkarnain siregar
bersama embun malam
lima oktober duaribu10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar