Minggu, 31 Oktober 2010
ziarah waktu
gairah bahasa pengawal sua bangsa
pada resam dan bai'at gurindam ada
...nasihat agama sungai mengaliri kata
mengapa janji terpuji terus menanti
helaian pasal gurindam Raja Ali Haji
akar melayu beribu pantun ini negeri
seluruh budaya mengimbuh rasa hati
pun aku mencari di tikungan sisi waktu
yang pergi dibawa deru angin perahu
walau palung-palung ikut merayu batu
namun teguh meluluh ragu dalam rindu
Tanjungpinang 30 hari bulan sepuluh
singgah kaki di makam asa menyimpuh
segala rupa yang lalu niscaya seteguh
tabiat kata selalu dengan jari sepuluh
kapal merapat dari hulu riau yang dulu
mencari pangkal sejarah teraju melayu
tahan tiada lapuk ditelan waktu berlalu
di penyengat itu tanda terlukis di pintu
by : Zulkarnain Siregar
30 hb Oktober 2010
Pulau Penyengat, Tanjung Pinang
Kepulauan Riau
Minggu, 24 Oktober 2010
sang pengail
ada tekun yang ditabur
dalam setiap umpan dan
sepotong asa nantikan
tiba melongok riak muka
air dan gemericik kail-kali
pada pinggiran rumpun aur
di sepanjang hulu wampu
yang sejuk dan menghijau
tenang dalam wajah kali ini
lalu cahaya mentari mengintip
petang dan menebar sabar
bagai menyulam mewarna
pesona pada sutra lembut
tak berserat di setiap denyut
waktu hadiri utuh diri
pada setiap episode
renung yang panjang
detil kail yang coba kau
pahami hingga lalu lalang
kanak-kanak jurung depan
umpan yang menari-nari
oleh liku beningnya air
telah memecah seluruh
gundah kalbu yang dalam
melubuk tak berhingga
oh... kau ajari aku hidup
dari semesta sabar yang
tak terbilang. lalu padukan
seluruh waktu pada bingkai
yang bijak : "waktu adalah
air yang mengalir di kali
dan riangnya kanak jurung
menikmati aroma bening
tak terlalu keruh oleh hijaunya
lumut di bebatuan setiap
rasa"
hmm... aku lalu menyurut
dalam seluruh saku kailmu
by : zulkarnain siregar
dalam bijakmu pengail
25 oktober 2010
Sabtu, 23 Oktober 2010
ingin kupanggil ..amang
entah mengapa ini syair
tak seperti yang lain itu
(....................) bukan lupa
meneguh janji dalam jiwa
kala ruh mengalir ke raga
ini kata telangkai masa
pernah ada awali cerita
terbayang segala rupa
garis-garis hidup dirasa
nubuat itu pewari tanda
pada riwayat terbaca
ada langkah, rezeki, temu
bukan nestapa tak ada daya
menggurat pada telapak
tangan di kiri dan kanan
pada nasib siapa saja
lalu risaukan laku budi
sungguh taklah mungkin
bisa ada rasa dan asa
menyemai tuk dapat
bergumam andai
sekalipun ada
pada mimpi
bersua denganmu
amang
pernah rindu menyertai kata
tatkala berlari di pematang,
senja masih rekah menjingga
sebelum air di hulu aliri buluh
betung hendak genangi petak
sawah sawah nan hijau
hingga ke lembah sana
masa lalu hilang begitu saja
pergi tanpa pamit tuk siapa?
biarkan malam bersanding bulan
lalu kutulis rindu pada sehelai daun
yang jatuh dari ranting akasia di ujung
jalan sebelah sana, ada cemara menanti
esok yang alpa dari hingar bingarnya kota
lalu ragukan aku bukan darahmu
agar lidahku tak kelu panggilmu
amang...!
Selasa, 19 Oktober 2010
Din...ini malammu
Din...
aku tau
ini bukan malamku
yang pernah kutitip
pada sehelai rembulan
yang bercahaya purnama lalu
kutuliskan rindu dengan bintang
bintang yang kupetik ketika kejora
meninggi di utara buat isyarat siapa saja
walau aku pernah menulis prosa di selembar
kertas berwarna merah muda tentang
malam-malam yang bercerita pada
rembulan purnama di yogya
menebar cahaya lewat
pesona mantra kata
entah itu dari siapa
jadi apa,lalu
bermakna?
secuil saja
malammu dan malamku
ada di sepanjang randu
yang berliku-liku selalu
merayu pati hingga tayu
Din...
bulan di atas itu
selalu ingin menunggu
bibir merahmu yang bergincu
kerap tersenyum kala kalbu merayu tabu
by: Zulkarnain Siregar
catatan yang tertinggal perjalanan pati tayu
Minggu, 17 Oktober 2010
pun hingga apa
masih terasa bau debu basah
seketika hujan tiba menyapa
petang tadi, hangat siang pun
perlahan beranjak menyusup
ke pori-pori hawa sisakan sua
sehari penuh penat lalu pergi
ke jemari dedaun pinus depan
rumah rona hijau-hijau penyela
mata, menyeka peluh sukma
yang tinggalkan lara pada masa
tak berhingga entah sampai apa
sayap-sayap kelelawar menyeruak
senja, langit tirus merona jingga
kala mata terpana pada flamboyan
merah luna perayu nantikan malam
hingga setiap telaga hati putih bening
yang dikelilingi puspa aneka warna
tempat kau dan aku merangkai asa
sebelum janji seia sekata jadi makna
lantas terjaga apik dan sentausa
titahkan pejalan teguh cari tanda
di setiap masa menyulam kata
kemudian ke frasa untuk legenda
pergilah bersama malam menyapa
hening yang membatu tak merayu
hati, larutkan rasa setiap jendela
kata yang terbuka hanya buatnya
by:zulkarnain siregar
saturday night.pukul 20.05
Rabu, 13 Oktober 2010
kutitip rindu pada sajak
I
di cafe itu kulantun lagu zadul
milik abang-abang dulu ...hmm
i can't stop loving you. andaikan
riwayat cinta kerap berseteru
kuak kenangan, kepakkan sayap
lalu kau campakkan aku ke celah
ragu. tanpa kau tahu kupungut
rindu yang jatuh satu demi satu
walau waktu terus berlalu hingga
patah teraju, kalbu meratap pilu
II
namun, risau tak ingin beranjak jua
sebab-sebab syair tak beri warna
pada hijaunya dedaunan. begitukah?
lalu lagu kedua ingin merona sejuta
nada. sayang....seribu kali sayang
melati di jambangan layu di tangan
ketika tembang sayup kedengaran:
".....alun sebuah simfoni kata hati
disadari / merasuk sukma kalbuku
dalam hati ada satu /....." setelah
malam-malam pun pergi entah apa
bersama bulan , ribuan gemintang
III
tinggal asa terlilit di relung masa
rindu lalu meraja, merias rupa-rupa
ingin terjaga memekak seluruh raga
mencari-cari jikalau ada suara lembut
yang tiba-tiba :
" ....When i fall in love / it will be forever
or i'll never fall in love /in a restless world
like this is /love is ended before it's begun/
and too many moonlight kisses / seem to
cool in the warmth of the sun/ .........."
di ujung sana, lewat nada dering merayu
kelopak bunga, lalu mekar dan mewangi
dari dini hari sampai pelupuk mata pagi
terbuka
rindu memang bukan kata-kata. lalu hadir
dan nyata entah untuk siapa saja.
By : Zulkarnain Siregar
Rekaman dalam acara bersama teman kampus
off Country cafe
Senin, 11 Oktober 2010
hendak kemana kata ?
ingin kuraut kata
yang kau titipkan
kemarin petang
dalam amlop lila
dekat jambangan
kembang kenanga
di sudut kiri beranda
lalu esoknya kurangkai
aneka puspa dalam vas
kayu coklat corak rusa
yang kau beri pertanda
di setiap bingkai pereka
sebagai peneguh sukma
bahwa kita ada di sana
lusa aku pun bertanya
pada seluruh ahli sastra
di jagad semesta budaya
ada apa dengan kata ?
terus menua sering silang
sengketa, bukan karena
makna terikat gramatika
By: Zulkarnain Siregar
medan 11 Oktoer 2010
Kamis, 07 Oktober 2010
Kuin Tujuh Syair
di tengah bising kota
aku sempatkan reka
rasa hatimu di dada
yang gundah gulana
karena lama tak sua
aku lupa entah apa
yang membuat ada
rupa melahirkan asa
pun begitu tergesa
menjelma jadi daya
memang watak masa
siapa yang menduga
andai ada raga tanda
jiwa pun lalu terbuka
bila hendak menyapa
ini jalan menata kata
merangkai pin makna
mengubur prasangka
tanpa selalu kecewa
pada hidup bersahaja
bukan kota yang tega
pisahkan rasa manusia
dari logika-logika benda
yang dipajang terutama
demi gairah nafsu kuasa
apa yang hendak dikata
kalau badan tak bahagia
dikejar benda ilusi dunia
sepenuh masa jiwa nista
habis usia dalam penjara
mengapa suka bersahaja
berpikiran jelas seadanya
tak terbiasa mengadaada
bantu membantu sukarela
bukan ingin mencari nama
by: Zulkarnain Siregar
hijau abu-abu, 22.50, mengakhiri 6 oktober 2010
Senin, 04 Oktober 2010
dalam janji yang tak biasa
kuhirup harummu malam yang menebar ke sela-sela jendela kamar tidur yang telah kau pasangkan gordin ungu berenda hijau warna kesukaan.lalu kau petikkan kuntum cempaka beserta helai daun mudanya di jambangan meja kecil di sudut kamar tempat kau selalu menyulam sapu tangan berwarna lembayung sembari menunggu aku ketika bulan belum meninggi.sesaat kugapai lengan lembutmu yang selalu menadah tulus menanti waktu selalu merayu untuk pergi bersama kelam yang mendendang tembang menunggu
lelap tiada begitu panjang, entah
dalam janji yang tak biasa
kepada gumamku lirih:
" oh..malam!”
detak-detik jam yang tergantung di atas kosen pintu kamar ,berisyarat dengan suara merdu memesona keheningan tubuh malam yang terbalut sutera putih, lembut nan halus, lalu ingin membisikkan asa pada setiap sisa ruang ventilasi yang membuat aku terus ingin menghirup harummu malam yang menyebar ke setiap relung hati perawan dalam bejana pualam tempat segala cahaya menepi
warna
raga
rasa
kata
mula
asal
kita
jadi
sejati
dalam
hari
hari yang
akan
terhenti
lalu bulan menitip cerita malam pada seorang aku yang tengadah mencari tuhan dalam setiap garisgaris yang terpantul lewat jambangan kaca tempat putik-putik puspa cempaka menghias kamar rupa oleh sesiapa melahirkan anak-anak kata dari desah ranjang hangat
pabila
selimut
kelam
nanti
dini
menyapa
masa
memang malam terus merona dalam harum tubuh putik-putik cempaka
by : zulkarnain siregar
bersama embun malam
lima oktober duaribu10
Sabtu, 02 Oktober 2010
pun sepi direguk waktu
malam telah mengantar aku
ke ruang sepi, tanpa jeruji
pupus raga tak memberi setitik
pun cahaya dari celah dinding hati
yang suka aku ajak untuk bergumam
mencari dirimu dalam jemari waktu
selalu tak berhingga....
lalu kureguk perlahan sepi itu
dalam cangkir detak nadi mencair
mengalir... ke setiap kujur tubuh
tiada rasa anyir yang tersisa dari
tadi siang yang terang terawang
wangi halimun malam telah merasuk
menyentuh seluruh ruang kalbu tuk
lalui meringkuh pelupuk di pucuk khusuk
lamat-lamat rindu itu tersipu-sipu malu
dalam cerita masa lalu yang penuh elu
ketika semua tahu laku itu hanya ria melulu
wandai pun sepi terus kureguk
malam-malam tak akan lagi hadir
di kerumunan senandung sendu
yang bawa mata hati jadi benci
walau pun sepi terus kureguk
siang-siang tiada lagi hadir
di kerumunan rindu ditandu
buat setiap kata membatu
lalu aku boleh cemburu pada malam
yang membawa kau ke balik itu bilik
tempat semua pesona tumbuh ranum
mewangi, lalu mekar di bawah jendela
tempat pagi menitip sinar di sela senta
tersenyumlah.........................
karena riuh kicau burung menyanyikan
pagi riang di ranting-ranting ketapang
telah merayu sepi lalu pulang berbaring
menunggu sepi malam kembali berulang
by : Zulkarnain Siregar
menutup 2 oktober 2010
entah apa namanya
kutuliskan rasa ini
padamu kawan,
dengan kata-kata
yang tak seberapa.
sepertinya kita
pernah berteman
walau tak saling
sapa begitu lama
hampir......
tiga dasawarsa
aku jadi malu
karena tak seperti
yang dulu-dulu itu
by: me