Selasa, 15 Maret 2011

Tsunami di Tanah Haiku

by Zulkarnain Siregar on Monday, March 14, 2011 at 9:21pm

ketika musim semi tengah merona

ia tiba tetaskan duka negeri sakura

dan mata ikan dipenuhi air mata

tatkala kaki-kaki samudera mengejang

retak kerak bergerak jejak meregang

mengayun-ayun Honshu dan jejali petang

dengan lantunan birama fortississimo awal

sua kesekian kali itu. lalu, mencegat siang

dalam ruang-ruang keseharian jadi gagu

begitu lengang dan mengecutkan jiwa-jiwa

meminta sekejap masa antar gumpalan cair

menyurut tinggal larut dalam lekuk lempeng

melesak rekah pada dendang nan berpeluk

panjang ambang gelombang tak berhingga.

mata tertumbuk pada berita layar kaca

seketika risau dalam petaka berulam luka

datang begitu tiba-tiba di tanahair sajak

haiku,yang kunikmati pagi di i dunia maya

dan kisah para penyair-penyair melegenda

Iga singgasana Basho menguncup kuntum

kuntum kata nan mekar pun wangi merias

larik-larik sajak Empat Haiku saat ia lukiskan

Tokyo itulah Edo pada bingkai-bingkai kredo

bertabuhkan gelombang dan nyanyian

leluhur dari hamparan samudera bawa

gemuruh meluruh menggunung-gunung

riuh rendah seperti bukit tanpa nama .

lalu memangsa apa saja yang tak terkira

dalam hitungan kekuatan akal manusia

hampiri saat asal hikayat bumi semesta

hingga selokan gempa pesisir samudera

kini tsunami tak membuatku luput merindu

haiku dalam empat musim membiru sendu

by : Zulkarnain Siregar

11032011 disalin 15032011

catatan : Musim Semi

Mata Ilkan dipenuhi air mata

Bukit tanpa Nama

(petikan dari Haiku Matsuo Basho)

Tidak ada komentar: