mencari pecahan matahari di celah-celah
belantara gedung yang dingin dan beku
serpihan debu dan asap knalpot memoles
pagi yang sedang berbenah dari peraduan
kadang nafas dan bau keringat rantau
lekat di halte-halte , penuhi pedestrian
tanpa jejak kaki rembulan yang mengintip
dari gordyn jendela rumah kontrakan tua
lalu masa menyulam makna dari setiap
tetes hujan yang datang menemani alam
begitu riuh rendah suara di sekitar tubuh
namun tak satu pun merias raut, menyapa
kota yang hilir mudik dijejali ambisi-ambisi
tapi dengan laku kerja teka-teki buat pundi
kembara kata menyelinap ke dalam benak
bertanya : "siapa aku dalam jagat tatawaktu?
" apa yang kau cari pada siang hingga tubuhmu
berdebu, penuh luka dan dekil ke ujung jalan?
hari-hari pun telah jatuh ke tangan-tangan
tak bertubuh manusia gen adam dan hawa
para pendusta mulai meracun pikiran-pikiran
para petapa dan kata-kata merias pesona
kasta pada seolah kitab-kitab yang dijanjikan.
seolah-olah ada kitab-kitab yang membahagiakan
jejak waktu yang mengejar entah mengapa
terus mengembara dalam duka dan nestapa
mencari kata dan merawat angka-angka jadi
kasta dalam rumah-rumah tak berjendela
dan berpenghuni sesungguh-sungguh manusia
mengapa kuasa begitu bermakna. butakan
hakikat yang ada. merantau membuka sukma
by : Zulkarnain Siregar
1 April 2011