Ia Lelaki Pemaki
Ia memang
lelaki
yang setiap pagi
memaki-maki kota ini
sambil menghisap cerutu adipati
dan menghirup kopi
usai berjalan kaki
di ujung jalan ini
lelaki tadi tak berdasi
tak pula menepi
ketika hari-hari
membuatnya sepi
ia penuh daki
tapi ia peduli
tapi ia berani
tapi ia memang lelaki
dibanding isi kota ini
gemar dipenuhi
para banci
dan pencuri
yang menghirup pagi
dari bau duit korupsi
dan memeras para kuli
lelaki
yang setiap pagi
memaki-maki kota ini
sambil menghisap cerutu adipati
dan menghirup kopi
usai berjalan kaki
di ujung jalan ini
lelaki tadi tak berdasi
tak pula menepi
ketika hari-hari
membuatnya sepi
ia penuh daki
tapi ia peduli
tapi ia berani
tapi ia memang lelaki
dibanding isi kota ini
gemar dipenuhi
para banci
dan pencuri
yang menghirup pagi
dari bau duit korupsi
dan memeras para kuli
Ia memang
lelaki
yang setiap pagi
memaki-maki kota ini
sambil menghisap cerutu adipati
dan menghirup kopi
usai berjalan kaki
di ujung jalan ini
lelaki tadi tak berdasi
tak pula menepi
ketika hari-hari
membuatnya sepi
ia penuh daki
tapi ia peduli
tapi ia berani
tapi ia memang lelaki
dibanding isi kota ini
gemar dipenuhi
para banci
dan pencuri
yang menghirup pagi
dari bau duit korupsi
dan memeras para kuli
lelaki
yang setiap pagi
memaki-maki kota ini
sambil menghisap cerutu adipati
dan menghirup kopi
usai berjalan kaki
di ujung jalan ini
lelaki tadi tak berdasi
tak pula menepi
ketika hari-hari
membuatnya sepi
ia penuh daki
tapi ia peduli
tapi ia berani
tapi ia memang lelaki
dibanding isi kota ini
gemar dipenuhi
para banci
dan pencuri
yang menghirup pagi
dari bau duit korupsi
dan memeras para kuli
Ia memang
lelaki
yang setiap pagi
memaki-maki kota ini
sambil menghisap cerutu adipati
dan menghirup kopi
usai berjalan kaki
di ujung jalan ini
lelaki tadi tak berdasi
tak pula menepi ketika hari-hari
membuatnya sepi
ia penuh daki
tapi ia peduli
tapi ia berani
tapi ia memang lelaki
dibanding isi kota ini
gemar dipenuhi
para banci
dan pencuri
yang menghirup pagi
dari bau duit korupsi
dan memeras para kuli
lelaki
yang setiap pagi
memaki-maki kota ini
sambil menghisap cerutu adipati
dan menghirup kopi
usai berjalan kaki
di ujung jalan ini
lelaki tadi tak berdasi
tak pula menepi ketika hari-hari
membuatnya sepi
ia penuh daki
tapi ia peduli
tapi ia berani
tapi ia memang lelaki
dibanding isi kota ini
gemar dipenuhi
para banci
dan pencuri
yang menghirup pagi
dari bau duit korupsi
dan memeras para kuli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar