setelah kau balas suratku
yang lalu itu, anakku...
kubaca satu demi satu
kalimat rindumu padaku
yang teruntai indah dalam
prosa liris , bercerita suka
dengan gembira , kau selip
kelakar dan satir-satir juga
kau ingatkan aku jua
ketika malam-malam tiba
telah larut kulantun nada
senandung melayu lama
Surga di Telapak Ibunda
melepas tidurmu di dipan
kamar tengah rumah tua
bertangga kayu seada
di ujung suratmu
kau seperti ingin pulang
ke kampung halaman
kau seperti ingin datang
ke tanah kelahiran
menemu asal air dan tanah
tempat bersulang cinta
hidup ayah dan bunda
hidup leluhur dan tetua kata
anakku...
bukankah kau masih berjuang
dalam menjenguk siang
yang penuh aral melintang
bukanlah kau masih berperang
menyerang jiwa-jiwa jalang
mengangkang di setiap simpang
biarlah siang datang menjulang
biarlah petang terus membayang
hati tak lekang berpantang pulang
sebelum perang berakhir menang
yang lalu itu, anakku...
kubaca satu demi satu
kalimat rindumu padaku
yang teruntai indah dalam
prosa liris , bercerita suka
dengan gembira , kau selip
kelakar dan satir-satir juga
kau ingatkan aku jua
ketika malam-malam tiba
telah larut kulantun nada
senandung melayu lama
Surga di Telapak Ibunda
melepas tidurmu di dipan
kamar tengah rumah tua
bertangga kayu seada
di ujung suratmu
kau seperti ingin pulang
ke kampung halaman
kau seperti ingin datang
ke tanah kelahiran
menemu asal air dan tanah
tempat bersulang cinta
hidup ayah dan bunda
hidup leluhur dan tetua kata
anakku...
bukankah kau masih berjuang
dalam menjenguk siang
yang penuh aral melintang
bukanlah kau masih berperang
menyerang jiwa-jiwa jalang
mengangkang di setiap simpang
biarlah siang datang menjulang
biarlah petang terus membayang
hati tak lekang berpantang pulang
sebelum perang berakhir menang