laju daki di jalan setapak tuju bukit tanah bebatuan hitam
di kanan kiri ada haminjon,tarutung, gambir dan kayu manis
sedikit enau dan serabut ijuk siap jadi nira pelepas dahaga
ketika matahari tepat di kepala,walau siang jadi tak berpeluh
anak-anak kampung dengan tali dipinggang
mengikat parang berburu pecahan ranting
jatuh dari pepohon rindang di bukit padang
illalang, dekat rumah berkayu tua beratap
daun rumbia poles dinding berukir binatang
perempuan di ladang-ladang membentang siang
dan sayur-sayur buat dimakan barang segantang
di bawa pulang atau di jual ke pekan-pekan
buat belanja ihan, marpoken sepekan kemudian
para lelaki penuhi lapo-lapo sambil meminum kopi
dan sebatang rokok kretek linting daun jagung
membalut saus-saus tembakau yang dibeli kemarin
di pasar simangumban pahae jae dekat parmasin
tirakat para perempuan ke ladang-ladang pun
lelaki lapo-lapo siang mengurung cerita dalam arca
huta hopong nan ginjang sepanjang batang kemenyan
bawa rindu ingin terulang merajut holong anak-anak
kampung tak bersandal pergi marsoban hingga petang
oleh : lentera bias jingga
kerinduan hopong, sebuah desa terpencil di atas bukit desa Simangumban Jae
Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara, yang pernah dihuni kemenyan, gambir, enau dan tarutung.
Lalu Hopong jadi janji di setiap hati yang merindu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar