tinggal sesanting cerutu di jari lelaki itu
ia melukis tragedi tarung di kanvas sisa
tentang selingkuh bulan pada matahari
yang terus menggerus waktu ke ubun
sepi liar meluka seluruh malam maqam
dalam nisan tak tertoreh hari kelahiran
di bawah kamboja putih yang meluruh
pusara arakan awan hitam menggumpal
langit diam terbujur di atas tiang lampu
bulan terus merintih digelut awan hitam
hidup tak lagi berwarna tak bermakna
dari senja yang menyisakan nestapa
dalam ruang batin luka asa menganga
semua lalu biasa-biasa, tak apa-apa
ia melukis rasa entah dibawa kemana
walau kuas tak kuasa uraikan gelora
jiwa yang hilang ditelan gundah gulana
hingga kanvas terus mewarna tak bersisa
hitam pekat menggurat risau matahari
tentang lelaki ditelan malam berpeluh
dalam liang-liang terperi habis mati hari
mengapa pagi pergi ketika seorang diri
sebelum bulan mendaki warna pelangi
biarlah hari meminang rindu jadi benci
tanpa sebait janji yang sempat dinanti
sebab lelaki tak akan pergi kesekian kali
untuk matahari yang hadir setiap pagi
oleh : lentera bias jingga
pesona dusta dalam liang-liang tak berhingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar