by Zulkarnain Siregar on Thursday, October 6, 2011 at 1:49am
terikmu menyapu sebagian langit
di utara ada siang menggantung
rasa penat di sendi-sendi cahaya
pantulan kaca jendela rumah kita
yang kemarin retak terbelah dua
lalu retak melebur jadi serpihan
kristal jatuh berhambur ke senta
senta. kau pungut pecahan itu
dalam diam yang merenggut luka
terus...terus..menyobek jemari
lentikmu yang gemulai di rengkuh
dusta yang berpilin dengan kata
merah menetes dari jemari hingga
segenap raga oleh pecahan kaca
jendela rumah tempat kita berdua
setiap waktu seperti tak tertunda
kesia-siaan makna oleh reka-reka
akal yang lumpuh nurani dan logika
by : Zulkarnain Siregar
senja di denpasar, 18 september 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar