Senin, 14 Juni 2010

ke mana makna?

Kulihat kata-kata tergeletak
di gang samping rumah itu.
Dia sudah tak bernyawa lagi.
Lalu, bau anyir menyengat bahu
yang mengering oleh terik aspal
para pelintas malam yang bebal
dan berwajah hitam tak bersendal

kemudian esoknya, banyak angka
yang bernanah tak lagi berdarah
ditikam oleh syahwat para budak
durjana ketika mengaliri selokan
depan rumah belum berjendela
kaca itu tanpa ada merasa tercela

Lalu, arwah kata bangkit penasaran
menjadi drakula, juga simbol kekuasaan
yang memeras makna hingga kering
kerontang dalam bandul sejarah para
pewarta yang suka mengalih-alih berita

kata pun tak ingin menyapa lama karena
ada yang lebih menarik di dunia maya, tuk
pengganti cerita para punggawa yang
tak suka dibuka-buka semua cela angka
dalam babad tanah pendurhaka manusia


sebab, ke mana makna para pewarta
yang dulu mampu "meruntuh" kuasa
dari singgasana kata yang memperdaya
sungguh tak kusanggah : kita tercela



by: zulkarnain siregar
pkl.22.08 saturday night 12 Juni 2010

Tidak ada komentar: