sebaris headline sebuah warta
yang aku baca tanpa jeda
tentang sebuah kota
mencari calon-calon
dari berbagai muka
lalu ada tanya
untuk ..siapa ?
mengapa serta merta jadi begitu mahir
untuk membuka-buka muka
padahal cerita baru sekedar selepas
menghirup kopi, terasa lara
mengapa semua lalu jadi begitu lancar
mengukur rupa muka-muka
padahal kerja masih setengah terpaksa
karena ada hendak diduga
mengapa suka mencari siapa
tanpa memikir berbuat apa
lalu menjadi bagaimana
sebab baru sekedar cerita
selepas menghirup kopi, terasa lara
Namun..
sejenak aku tercegat pada serangkai tanya
yang bergulir selepas menghirup kopi
tempat warga biasa-biasa :
entah itu duka
atau lara
by: zulkarnain siregar
Sabtu, 19 Juni 2010
19 Juni 2010
Saatnya
aku mencari sebuah kota
di peta peradaban dalam belantara
avenue urban yang telah hilang ditelan rakus
para pendulang rente dari halte
halte kampoeng yang tiada lagi
bercorak "Medan Tempo DoeLoe"
........................................................................
''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''"""""""""""
lalu mengapa
kacang lupa pada kulitnya ?
by :zulkarnain siregar
aku mencari sebuah kota
di peta peradaban dalam belantara
avenue urban yang telah hilang ditelan rakus
para pendulang rente dari halte
halte kampoeng yang tiada lagi
bercorak "Medan Tempo DoeLoe"
..........................
''''''''''''''''''''''''''
lalu mengapa
kacang lupa pada kulitnya ?
by :zulkarnain siregar
Mengapa dulu itu ...(?) ...aku
entah apa yang ada di balik waktu
ketika rindu menyaru jadi batu
lalu jejakkan ragu
pada sekujur laku
tiada merayu
entah apa yang ada di balik waktu
ketika sendu selimutkan kalbu
lalu pergi mencari tahu
pada semua risalah-Mu
dulu aku kaku
entah apa yang ada di balik waktu
ketika nalar menjadi rancu
pada tirakat tuk nan satu
selalu tak bermutu
lalu jadi pilu
mengapa dulu itu ...(?)
...aku
...tak lalu
...mencari tahu
...tentang-Mu
by:zulkarnain siregar
15hb Juni 2010. renungan lalu
ketika rindu menyaru jadi batu
lalu jejakkan ragu
pada sekujur laku
tiada merayu
entah apa yang ada di balik waktu
ketika sendu selimutkan kalbu
lalu pergi mencari tahu
pada semua risalah-Mu
dulu aku kaku
entah apa yang ada di balik waktu
ketika nalar menjadi rancu
pada tirakat tuk nan satu
selalu tak bermutu
lalu jadi pilu
mengapa dulu itu ...(?)
...aku
...tak lalu
...mencari tahu
...tentang-Mu
by:zulkarnain siregar
15hb Juni 2010. renungan lalu
Senin, 14 Juni 2010
ke mana makna?
Kulihat kata-kata tergeletak
di gang samping rumah itu.
Dia sudah tak bernyawa lagi.
Lalu, bau anyir menyengat bahu
yang mengering oleh terik aspal
para pelintas malam yang bebal
dan berwajah hitam tak bersendal
kemudian esoknya, banyak angka
yang bernanah tak lagi berdarah
ditikam oleh syahwat para budak
durjana ketika mengaliri selokan
depan rumah belum berjendela
kaca itu tanpa ada merasa tercela
Lalu, arwah kata bangkit penasaran
menjadi drakula, juga simbol kekuasaan
yang memeras makna hingga kering
kerontang dalam bandul sejarah para
pewarta yang suka mengalih-alih berita
kata pun tak ingin menyapa lama karena
ada yang lebih menarik di dunia maya, tuk
pengganti cerita para punggawa yang
tak suka dibuka-buka semua cela angka
dalam babad tanah pendurhaka manusia
sebab, ke mana makna para pewarta
yang dulu mampu "meruntuh" kuasa
dari singgasana kata yang memperdaya
sungguh tak kusanggah : kita tercela
by: zulkarnain siregar
pkl.22.08 saturday night 12 Juni 2010
di gang samping rumah itu.
Dia sudah tak bernyawa lagi.
Lalu, bau anyir menyengat bahu
yang mengering oleh terik aspal
para pelintas malam yang bebal
dan berwajah hitam tak bersendal
kemudian esoknya, banyak angka
yang bernanah tak lagi berdarah
ditikam oleh syahwat para budak
durjana ketika mengaliri selokan
depan rumah belum berjendela
kaca itu tanpa ada merasa tercela
Lalu, arwah kata bangkit penasaran
menjadi drakula, juga simbol kekuasaan
yang memeras makna hingga kering
kerontang dalam bandul sejarah para
pewarta yang suka mengalih-alih berita
kata pun tak ingin menyapa lama karena
ada yang lebih menarik di dunia maya, tuk
pengganti cerita para punggawa yang
tak suka dibuka-buka semua cela angka
dalam babad tanah pendurhaka manusia
sebab, ke mana makna para pewarta
yang dulu mampu "meruntuh" kuasa
dari singgasana kata yang memperdaya
sungguh tak kusanggah : kita tercela
by: zulkarnain siregar
pkl.22.08 saturday night 12 Juni 2010
Rabu, 02 Juni 2010
Merindu Rumpun Menjadi Rimbun
Menyusuri jejak di belantara, waktu mencari umbu
dalam benih lalu yang sedari dulu tak jua jemu-jemu
dari sepanjang pinggiran batang, di bambu-bambu
di suku hulu, dimana melayu ku itu ketika ada hindu?
di pinggiran alur batang natal, ada sakai yang ke kubu
hidup berbiak dalam logat melayu tua, lalu diam di suku
hulu yang berjejal di sepanjang waktu dengan berburu
mencari batu tuk diadu agar hasilkan api berdiang kaku
lalu, menjalin bambu-bambu itu menjadi bubu tuk berburu
di labuhan ajung. tak jua temu, kemana rumbia-rumbia lalu
menjalar hingga ke hulu tinggalkan melayu, merantau malu
karena sumatera dahulu adalah melayu yang meramu Aru
begitu jemu ketika aru dimakan waktu melayupun berlalu
tinggalkan zaman batu tempat merumpun rimbun bambu
mengapa malu jikalau melulu kita tak selalu mau bersatu
dalam tungku-tungku para datu yang terbuat dari batu
kemana melayu ku itu ketika ada hindu ? tak sempat lalu
di pematang janji dengan genderang kalbu yang bertalu
merindu rumpun menjadi rimbun, lalu melayu serumpun
mau melagak nak memecah ragu yang selalu mengganggu
lalu merindu aku pada rumpun menjadi rimbun, melayu ku
itu ada di suku-suku dalam, labuh di samang,hulu dan kubu
yang pintar bercocok tanam, merajut jala dan mengukir batu
di tengah-tengah megalitikum baru yang di poles dengan pilu
kemana harus merindu rumpun menjadi rimbun melayuku itu?
By:Zulkarnain Siregar
dari catatan sumatera timur
serumpun menjadi rimbun
dua juni 2010
dalam benih lalu yang sedari dulu tak jua jemu-jemu
dari sepanjang pinggiran batang, di bambu-bambu
di suku hulu, dimana melayu ku itu ketika ada hindu?
di pinggiran alur batang natal, ada sakai yang ke kubu
hidup berbiak dalam logat melayu tua, lalu diam di suku
hulu yang berjejal di sepanjang waktu dengan berburu
mencari batu tuk diadu agar hasilkan api berdiang kaku
lalu, menjalin bambu-bambu itu menjadi bubu tuk berburu
di labuhan ajung. tak jua temu, kemana rumbia-rumbia lalu
menjalar hingga ke hulu tinggalkan melayu, merantau malu
karena sumatera dahulu adalah melayu yang meramu Aru
begitu jemu ketika aru dimakan waktu melayupun berlalu
tinggalkan zaman batu tempat merumpun rimbun bambu
mengapa malu jikalau melulu kita tak selalu mau bersatu
dalam tungku-tungku para datu yang terbuat dari batu
kemana melayu ku itu ketika ada hindu ? tak sempat lalu
di pematang janji dengan genderang kalbu yang bertalu
merindu rumpun menjadi rimbun, lalu melayu serumpun
mau melagak nak memecah ragu yang selalu mengganggu
lalu merindu aku pada rumpun menjadi rimbun, melayu ku
itu ada di suku-suku dalam, labuh di samang,hulu dan kubu
yang pintar bercocok tanam, merajut jala dan mengukir batu
di tengah-tengah megalitikum baru yang di poles dengan pilu
kemana harus merindu rumpun menjadi rimbun melayuku itu?
By:Zulkarnain Siregar
dari catatan sumatera timur
serumpun menjadi rimbun
dua juni 2010
Merindu Rumpun Menjadi Rimbun
Menyusuri jejak di belantara waktu mencari ibu
dalam benih lalu yang sedari dulu tak jemu-jemu
dari sepanjang pinggiran batang, bambu-bambu
di suku hulu, dimana melayu ku itu ketika ada hindu?
di pinggiran alur batang natal, ada sakai yang kubu
hidup berbiak dalam logat melayu tua, lalu diam di suku
hulu yang berjejal di sepanjang waktu dengan berburu
mencari batu tuk diadu agar hasilkan api berdiang bubu
lalu, menjalin bambu-bambu menjadi bubu tuk berburu
di labuhan ajung.tak jua temu kemana rumbia-rumbia lalu
menjalar hingga ke hulu tinggalkan melayu merantau malu
karena sumatera dahulu adalah melayu yang meramu aru
begitu jemu ketika aru dimakan waktu melayupun berlalu
tinggalkan zaman batu tempat merumpun rimbun bambu
kemana melayu ku itu ketika ada hindu?
merindu rumpun menjadi rimbun
By:Zulkarnain Siregar
dari catatan sumatera timur
serumpun menjadi rimbun
dua juni 2010
dalam benih lalu yang sedari dulu tak jemu-jemu
dari sepanjang pinggiran batang, bambu-bambu
di suku hulu, dimana melayu ku itu ketika ada hindu?
di pinggiran alur batang natal, ada sakai yang kubu
hidup berbiak dalam logat melayu tua, lalu diam di suku
hulu yang berjejal di sepanjang waktu dengan berburu
mencari batu tuk diadu agar hasilkan api berdiang bubu
lalu, menjalin bambu-bambu menjadi bubu tuk berburu
di labuhan ajung.tak jua temu kemana rumbia-rumbia lalu
menjalar hingga ke hulu tinggalkan melayu merantau malu
karena sumatera dahulu adalah melayu yang meramu aru
begitu jemu ketika aru dimakan waktu melayupun berlalu
tinggalkan zaman batu tempat merumpun rimbun bambu
kemana melayu ku itu ketika ada hindu?
merindu rumpun menjadi rimbun
By:Zulkarnain Siregar
dari catatan sumatera timur
serumpun menjadi rimbun
dua juni 2010
Langganan:
Postingan (Atom)