suratmu telah kuterima,
kemarin Pak Pos menitipkan
pada inang ni si Dame
par lapo depan rumah kita
ceritamu di rantau
sungguh buat aku bangga
setiap waktu kaulalui tanpa keluh
setiap langkah kau ayun tanpa ragu
setiap niat terucap jadi tekad
dari lelaki yang kuingat
itu adalah bapakmu
dari lelaki yang kuingat
itu adalah kekuatanmu
dari lelaki yang kuingat
itu adalah air yang membasahi
tanah kelahiranmu
anakku...
masih saja terngiang
di telinga ini ketika ayahmu
hendak pergi meninggalkanku
pergi dengan seragam serdadu
memanggul senjata
di medan laga
menjaga negara
ia menitipkan kau padaku
ia menitipkan kau pada rumah ini
ia menitipkan kau pada tanah ini
saat dalam kandungan tua
menunggu waktu hadir ke dunia
"jadikan ia lelaki satria,
jujur dan sederhana.
menghormati ibunya
menjaga rumah ini
dan merindukan tanah ini
tetap merah dan putih
walau ia lelaki dari huta
yang mungkin tak ada di peta !"
anakku...
jalan tetap terbuka
untuk menjaga ini rumah
tetap beraneka walau tanpa
lelaki lain yang memilih warna
entah hijau, entah biru, entah kuning
anakku...
jalan tetap tersedia
untuk menjaga ini tanah
tetap nusantara walau tanpa
lelaki lain yang mencari nama
ke pelosok-pelosok dunia
karena semata-mata jiwanya teraniaya
anakku...
jalan ada dimana-mana
untuk menjaga ini rumah tetap beraneka
untuk merindukan ini tanah tetap nusantara
bukan karena warna-warna yang cepat sirna
bukan karena warna-warna yang silau di mata
karena merah putih peta jalan berdikari saja
oleh : lentera bias jingga
refleksi 28 oktober, 10 Nopember, 25 Nopember dan 22 Desember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar