demi waktu terulur berulang mengelat galau
rapuh ripuk dibalut sejumput hasrat, walau
guratan timur mengembang hingga di barat
namun ragu terus menggantung di jendela jiwa
rumah kita tak selalu terbuka. ada sobekan luka
di dahi para pencari kata yang lama berdiam saja
memintal dalam raut masa yang menghujam malam
tinggalkan seluruh tahu menudung cakrawala jingga
memulai hikayat dari denyut nadi hingga tercipta hari
pergi sisakan tubuh yang lelap dalam serat nubuat
lalu langkah selalu tertinggal sepenuh ayat-ayat
tak terpecah pun pada niat yang tegak di selasar
entah mengapa lalai terus menggoda jiwa-jiwa
yang kering dimakan masa hingga tumbuh tega
di sepanjang perjalanan yang tak kunjung tiba
ke batas impian ke pelangi harapan di depan sana, tetap
terasa jejak ada di belakang mencari nasib dikandung badan
padahal kata tumbuh tegak menyulam isi kepala berjuta-juta
di tanah-tanah tempat tumbuh carut naluri purba yang lupa
lalu suka menisbatkan dusta antara kata dan jejak langkah
walau ingin menyulam masa yang maya hingga tubuh bangka
dengan benang waktu yang terulur dari jendela raga siapa saja
by : lentera bias jingga