Zulkarnain Siregar (Oppungleladjingga)
Sajak bebas, Syair dan Pantun
Kamis, 28 Oktober 2021
Sabtu, 24 Januari 2015
seteguk, turun minum
andaikan nusantara itu
hamparan sawah
yang mulai berbuah
di dusun tunggurono
...
rambutan merah
yang manis
lekang tak berair
di kampung tanjung
...
jembatan panjang
yang melintang di atas
sungai wampu yang tenang
...
bunyi sentuhan angklung
rampak akordion kecik
seketika melantun tanjung katung
...
gaung harmoni kehidupan
dari balik rumpun-rumpun aur
di huta tinggi
...
tarian kipang, kerang dan kepah di pangkalan biduk
pasir putih serdang bedagai
...
...
aku akan bangun lebih pagi
menjaga embun setiap hari
agar tak jatuh karena terik matahari
sunday bike
dusun tunggurono
24082014
gara-gara lampu mati berkali-kali
~~~
~~~
sepertinya hujan di luar sana
menyisakan embun di kaca-kaca jendela
...
dingin membesuk malam
yang kuyub di pucuk-pucuk jambu
lembab garang menjejal
pengap dalam kelambu
...
menyelipkan rindu
pada setiap lampu-lampu jalan yang padam
...
sebab di kota ini
cahaya listrik mulai fakir
lampu-lampu akan afkir
tiang-tiang tegak menantang tapi kehilangan garang
...
sebab di kota ini
gelap sudah tak terlarang
sehari mati berulang-ulang
tak perduli rusak barang-barang
lantas, siapa tak berang?
...
sebab di kota ini
terang benderang telah hilang
gelap menggelap selalu datang
hujan membasahi tiang-tiang
blap...blap...blap...
angin kencang jadi alasan
menyisakan embun di kaca-kaca jendela
...
dingin membesuk malam
yang kuyub di pucuk-pucuk jambu
lembab garang menjejal
pengap dalam kelambu
...
menyelipkan rindu
pada setiap lampu-lampu jalan yang padam
...
sebab di kota ini
cahaya listrik mulai fakir
lampu-lampu akan afkir
tiang-tiang tegak menantang tapi kehilangan garang
...
sebab di kota ini
gelap sudah tak terlarang
sehari mati berulang-ulang
tak perduli rusak barang-barang
lantas, siapa tak berang?
...
sebab di kota ini
terang benderang telah hilang
gelap menggelap selalu datang
hujan membasahi tiang-tiang
blap...blap...blap...
angin kencang jadi alasan
sembiran
lumur biru berseluk di ufuk
jatuh di pelupuk
rusuk bebukit yang berlekuk- lekuk
...
lepas-lepaslah memandang
jauh-jauh mata menatap
pada gelombang cahaya
ada hasrat setiap derap
ada ungkap yang memikat
...
pagi berjejak sembir
pada pinggir bukit yang membentang
pun sinar surya yang genit membayang
...
jatuh di pelupuk
rusuk bebukit yang berlekuk- lekuk
...
lepas-lepaslah memandang
jauh-jauh mata menatap
pada gelombang cahaya
ada hasrat setiap derap
ada ungkap yang memikat
...
pagi berjejak sembir
pada pinggir bukit yang membentang
pun sinar surya yang genit membayang
...
Llj
13 ramadhan 1435 h
13 ramadhan 1435 h
Langganan:
Postingan (Atom)